6 Fakta dan Cerita Misteri Losmen Puri Denpasar, Diresmikan Tahun 1955, Biaya Inap Rp 50 Ribu
Selain digunakan sebagai tempat menginap, losmen tua ini juga digunakan sebagai tempat prewedding hingga shooting video clip.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Kambali
Laporan Wartawan Tribun-Bali.com, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Losmen Puri berlokasi di Banjar Lelangon, Desa Dauh Puri Kaja, Jalan Arjuna Nomor 3, Denpasar, Bali ini.
Banyak fakta-fakta dan misteri yang berhasil dirangkum Tribun-bali.com;
1. Bangunan masih asli dan berusia 65 tahun
Losmen Puri ini masih berdiri kokoh di tengah Kota Denpasar.
Bentuknya losmen masih bertahan sesuai bentuk aslinya.
Selain digunakan sebagai tempat menginap, losmen tua ini juga digunakan sebagai tempat prewedding hingga shooting video clip.
Losmen Puri sudah berusia 65 tahun.
Losmen ini merupakan losmen pertama di Kota Denpasar yang diresmikan tahun 1955.
Baca juga: Cerita di Losmen Puri Denpasar, Menginap dengan Tujuan Buruk Langsung Kabur Tak Lebih dari Semalam
Pendirinya AA Ngurah Alit dari Puri Langon Denpasar dan saat ini pengelolaannya dilanjutkan anaknya yaitu AA Ngurah Mahkota.
Sampai saat ini, losmen ini masih tetap dipertahankan sebagaimana aslinya saat pertama dibangun.
Lantainya menggunakan semen, tembok dari bata dan kapur, bahkan lantai untuk di lantai II menggunakan kayu tebal layaknya rumah panggung, begitupun tangganya menggunakan kayu.
Walaupun sudah tua, namun losmen ini masih kuat berdiri kokoh menantang zaman.
Ia mengaku bangunan ini tetap dipertahankan hingga sekarang dikarenakan wasiat dari ayahnya.
Oleh karenanya, keluarganya tak berani membongkarnya, dan hanya diperbaharui catnya bila memudar tanpa merubah struktur bangunan.
“Saya tidak berani mengutak-atik, karena itu pesan dari orang tua. Kalau tidak ada pesan itu, mungkin ini sudah jadi toko. Kami rawat terus, mungkin dicat atau diperbaiki jika ada kerusakan. Saya takutnya kalau ada gempa, tapi ternyata kokoh dia, karena bahannya pilihan mungkin,” katanya sambil tertawa.
Baca juga: Losmen Pertama di Denpasar Sejak 1955, Pernah Ditempati Pelukis Affandi hingga Tentara Saat G30S
2. Terinspirasi dari perjalanan ke Jawa

Pengelola losmen ini, AA Ngurah Mahkota saat ditemui Senin (30/11/2020) menceritakan bagaimana awal mulanya losmen ini berdiri.
Ia mengisahkan dulu ajiknya (sang ayah) sering pergi ke Jawa untuk menjual aneka bumbu dapur.
Di Jawa ia mendapat inspirasi untuk membangun losmen di Denpasar.
“Ajik saya dulu sering ke jawa menjual cekuh dan lainnya, nah di sana sering tinggal di losmen dan karena di Bali belum ada makanya bikin losmen di Bali,” kata Ngurah Mahkota.
Awal-awal berdirinya losmen ini, pengunjung sangat ramai, bahkan sampai tak kebagian kamar.
Baca juga: Tali Layangan Renggut Nyawa Wayan Losmen, Leher Korban Terjerat Lalu Jatuh Tabrak Alat Berat
3. Tarif prewedding Rp 200 ribu - Rp 300 ribu Per 2 jam
Pengelola Losmen Puri, AA Ngurah Mahkota saat ditemui Senin (30/11/2020) siang mengatakan, untuk prewedding dirinya menarik biaya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu selama satu sampai dua jam.
“Ada juga orang Prancis yang membuat video clip di sini,” kata Ngurah Mahkota.
Baca juga: ‘Mahkota’ Siswi SMP Direnggut Kepsek di Losmen, Kepsek: Hasrat Memuncak Saat di Kamar!
4. Pernah Dihuni Pelukis Affandi
Losmen ini terdiri atas 25 kamar, di mana 6 kamar berada di lantai bawah dan sisanya di lantai II.
Di losmen juga sewaktu dirinya masih kecil, pelukis kenamaan Indonesia yaitu Affandi dan Basuki Abdullah sering menginap dan melukis di tempat ini.
“Sewaktu saya kecil, Affandi nginep di sini sambil melukis. Saya melihat dia melukis, melemparkan cat ke kanvas membuat lukisan abstrak. Basuki Abdullah juga sering tinggal di sini,” kata Mahkota yang juga seorang pelukis ini.
Bahkan menurut penuturan orang tuanya, sewaktu peristiwa G30S, tentara menginap di losmen ini dikarenakan saat itu belum ada asrama tentara.
Baca juga: Delapan Mahasiswa dan Pelajar Terjaring Razia di Losmen Parangtritis
5. Biaya Rp 50 ribu per hari
Masa kejayaan losmen ini bertahan cukup lama, terhitung sejak dibangun hingga tahun 1990-an.
Walaupun demikian, sampai saat ini losmen ini selalu ramai.
“Sebelum pandemi Covid-19 banyak yang menginap di sini. Sekarang pun masih ada tamu, empat orang,” kata lelaki kelahiran 1964 ini.
Untuk biaya tinggal di losmen ini yakni Rp 50 ribu perhari dan penghuni mendapat kopi setiap pagi.
“Dulu ini dari biaya sewa Rp 20, naik menjadi Rp 50, sekarang Rp 50 ribu,” katanya.
Baca juga: Tarif Losmen di Kawasan Kuta Kembali Normal
Menurutnya, kebanyakan yang menginap di losmen ini merupakan pedagang dari Jawa, utamanya dari Trowulan dan sekitarnya.
Bahkan tempat ini sudah menjadi langganan bagi pedagang ini.
“Ada yang jualan barang antik, pedagang parfum, kain, mereka tinggal di sini kalau ke Bali. Bahkan jika lebaran, semakin banyak yang datang ke sini menginap,” katanya.
Menurutnya, beberapa pelanggannya pun sangat fanatik, dalam artian, setiap ke Bali mereka harus tinggal di tempat itu, pada kamar yang sama.
“Misalnya kamar mereka nomor tiga, setiap ke Bali, ya harus nomor tiga, tidak mau yang lain. Mungkin kamar itu membawa rejeki bagi mereka,” katanya.
Baca juga: 196 Hotel & Restoran di Karangasem Dapat Hibah Pariwisata, Ada yang Dapat Cuma Rp 200 Ribu
6. Cerita horor dari penghuni

Selain itu, ada beberapa cerita horor yang disampaikan oleh orang yang pernah menginap di losmen ini.
Menurut Mahkota, mereka yang biasanya mengalami hal ini, adalah mereka yang berpikiran tidak baik.
“Ada pengunjung yang bercerita ke saya, dirinya tidur di lantai dua. Namun keesokan harinya saat bangun sudah tidur di samping sumur. Umumnya, kalau berniat jelek pasti diganggu,” katanya.
Selain itu, ada juga dukun yang menginap ke losmen ini untuk melakukan praktik pengobatan.
Namun, ia mengatakan ke dirinya bahwa yang bersangkutan hanya menginap saja.
Tahu-tahunya yang bersangkutan melakukan aktivitas pengobatan.
“Kalau dia bilang kan saya kasi kamar khusus, tapi tidak bilang ke saya,” katanya.
Namun, belum lewat semalam, dukun tersebut ketakutan dan pergi dari losmen itu.
“Jam sebelas malam, ia langsung pergi. Dan kabarnya, beberapa hari kemudian dia meninggal,” katanya.
Baca juga: Mareta Angel Beri Klarifikasi Setelah Kasus Artis Layani Threesome di Kamar Hotel
Dirinya pun sempat mengalami hal yang cukup aneh.
Ketika melukis gadis cantik, ia terus mengalami kegagalan dalam menggambar wajah.
Karena terus gagal, ia mengganti wajahnya dengan menggunakan tembok.
“Lama saya tidak berhasil buat wajah, saya ganti dengan tembok. Selesai melukis saya dicari. Lukisan itu hilang entah ke mana,” akunya.
Namun, menurutnya, kejadian horor ini kebanyakan diceritakan oleh pelanggannya.
Kadang juga ada yang mendengar suara anak kecil berlari-lari naik turun tangga, dan saat didekati asal suara tersebut tidak ada siapa-siapa.
Begitupun ada yang mengaku pintu kamarnya digedor-gedor orang dan saat dibuka tak ada siapa-siapa.
Namun, tak semua pengunjung mengalami kejadian horor ini.
Baca juga: Kemendag Jalin Kerjasama dengan Perhotelan dan Perbankan Dorong Pemberdayaan UMKM di Bali
Salah seorang penyewa, Udin yang sudah berlangganan sejak 12 tahun mengaku tak pernah mengalami kejadian mistis ini.
“Beberapa yang menginap di sini banyak yang cerita ada kejadian menyeramkan, tapi saya tidak pernah mengalaminya,” kata lelaki asal Bangil, Pasuruan, Jawa Timur ini.
Setiap datang ke Bali, ia selalu menginap di losmen ini dengan alasan harganya terjangkau dan tempatnya nyaman.
“Selalu di sini menginap kalau ke Bali, selain murah tempatnya juga nyaman, dan langganan di sini sejak 12 tahun lalu,” kata sales parfum ini.
Saat ini, losmen ini dijaga 2 orang pegawai selain dirawat oleh AA Ngurah Mahkota.
Bagi Mahkota sendiri, mereka yang menjadi langganan menginap di losmennya dianggap sebagai keluarga sendiri.
“Ya seperti keluarga karena sering ke sini,” katanya. (*)