Inflasi Kota Denpasar 0,2 Persen dan Kota Singaraja 0,37 Persen, Ini Rinciannya dari BPS
Inflasi Kota Denpasar ditunjukkan dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 103,37 pada Oktober 2020 menjadi 103,58
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Melalui tayangan live YouTube Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Kepala BPS Provinsi Bali, Hanif Yahya menyampaikan rilis berita resmi statistik.
Dalam acara tersebut disampaikan bahwa pada bulan November 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami inflasi 0,20 persen dan Kota Singaraja tercatat mengalami inflasi 0,37 persen.
Inflasi Kota Denpasar ditunjukkan dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 103,37 pada Oktober 2020 menjadi 103,58 pada November 2020.
Sementara itu, tingkat deflasi tahun kalender (year to date/ytd) November 2020 tercatat sedalam -0,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2020 terhadap November 2019 atau YoY) tercatat setinggi 0,72 persen.
Baca juga: Pangdam IX/Udayana Ajak Prajurit Jadi Corong Terkait Perilaku Disiplin Prokes Covid-19
Baca juga: Kasat dan KBO Binmas Polres Badung Minta Linmas Tegas Jalankan Prokes saat Pencoblosan di TPS
Baca juga: Badung Gelar Gathering Kepariwisataan, Tekankan Pentingnya Prokes CHSE Menuju Pariwisata Berkualitas
Menurut Hanif Yahya dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi, yaitu kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) setinggi 1,41 persen; kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 0,19 persen; kelompok V (kesehatan) setinggi 0,14 persen; kelompok II (pakaian dan alas kaki) setinggi 0,10 persen; dan kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,03 persen.
Sementara itu, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,05 persen; kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -0,51 persen; kelompok VI (transportasi) sedalam -0,22 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga) sedalam -0,11 persen.
Dua kelompok pengeluaran lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok IX (pendidikan, red) dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).
"Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan inflasi pada bulan November 2020 antara lain, bawang merah, cabai merah, daging ayam ras,daging babi, tomat, jeruk, bawang putih, sawi hijau, cabai rawit, dan buncis. Dari 90 kota IHK, tercatat 83 kota mengalami inflasi dan 7 kota mengalami deflasi," ujar Hanif Yahya.
Ia menyebutkan bahwa inflasi tertinggi tercatat di Kota Tual (Maluku) setinggi 1,15 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Bima (Nusa Tenggara Barat) setinggi 0,01 persen.
Sementara itu, deflasi terdalam tercatat di Kota Kendari (Sulawesi Tenggara) sedalam -0,22 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Meulaboh (Aceh) dan Kota Palopo (Sulawesi Selatan) masing-masing sedalam -0,01 persen.
Dan jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Kota Denpasar menempati urutan ke-65 dari 83 kota yang mengalami inflasi.
Dalam kesempatan tersebut, Ia menjelaskan pada bulan November 2020, Kota Singaraja tercatat mengalami inflasi setinggi 0,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) sebesar 105,07.
Tingkat inflasi tahun kalender November 2020 tercatat setinggi 1,39 persen.
Sementara itu, tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2020 terhadap November 2019 atau YoY) tercatat setinggi 1,50 persen.
Baca juga: Bentuknya Unik, Bakso Volcano Buatan Putu Eka Laku hingga 20 Porsi per Hari
Baca juga: Kasus HIV-AIDS di Buleleng Telah Mencapai 2.700 Orang, Bertambah 200 Penderita per Tahun
Baca juga: Wali Kota Malang Sutiaji Positif Covid-19, Kondisi Kesehatannya Menurun Sejak Sepekan Lalu
Lima kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi (m to m) yaitu kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) setinggi 1,60 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,39 persen; kelompok II (pakaian dan alas kaki) setinggi 0,19 persen; kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) setinggi 0,05 persen; dan kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 0,04 persen.
Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu, kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga)sedalam -2,77 persen; kelompok VI (transportasi) sedalam -0,15 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga)sedalam -0,01 persen. Tiga kelompok pengeluaran lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu, kelompok V (kesehatan), kelompok IX (pendidikan) dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/ restoran).
"Komoditas yang tercatat memberikan sumbangan inflasi pada bulan November 2020 antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, minyak goreng, kangkung, dan kol putih/kubis," kata Hanif Yahya.
Menurutnya, dari 90 kota IHK, tercatat 83 kota mengalami inflasi dan tujuh kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi tercatat di Tual setinggi 1,15 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Bima setinggi 0,01 persen.
Sementara itu, Deflasi terdalam tercatat di Kendari sedalam -0,22 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di dua kota, yaitu Meulaboh dan Palopo dengan nilai masing-masing kota sedalam -0,01 persen.
Dan jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Singaraja menempati urutan ke-36 dari 90 kota yang mengalami inflasi.
"Jika, kita lihat kondisi inflasi di dua kota di Bali ini pada saat memasuki bulan ke sembilan Pandemi, Denpasar mengalami tiga kali inflasi dan Singaraja mengalami lima kali inflasi. Sementara bulan-bulan lainnya mengalami deflasi," ungkap Hanif Yahya pada Selasa (1/12/2020). (*)