Kasus HIV-AIDS di Buleleng Telah Mencapai 2.700 Orang, Bertambah 200 Penderita per Tahun

Jumlah kasus HIV-AIDS di Buleleng, sejak tahun 1998 hingga Oktober 2020 ini mencapai kurang lebih 2.700 orang.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Jumlah kasus HIV-AIDS di Buleleng, sejak tahun 1998 hingga Oktober 2020 ini mencapai kurang lebih 2.700 orang.

Penderitanya paling banyak berada di wilayah Kecamatan Buleleng, hingga ditetapkan sebagai zona merah penularan HIV-AIDS.

Wakil Bupati Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra ditemui Selasa (1/12/2020) mengatakan, jumlah kasus HIV-AIDS  sejatinya tidak mengalami lonjakan.

Dimana, setiap tahun, jumlah Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) rata-rata bertambah sekitar 150 hingga 200 orang.

Baca juga: Bentuknya Unik, Bakso Volcano Buatan Putu Eka Laku hingga 20 Porsi per Hari

Baca juga: Update Covid-19 di Bali: Kasus Positif Bertambah 109 Orang, 54 Pasien Sembuh dan 3 Meninggal

Baca juga: Terbukti Jual Sabu & Ekstasi, Deni dan Astawa Menerima Dihukum 12 Tahun Penjara

Penularan ini paling banyak terjadi pada masyarakat di usia produktif dari 20 hingga 45 tahun. 

"Ada beberapa kasus import. Artinya dia tertular di daerah lain. Namun karena ber-KTP Buleleng, jadi datanya masuk di Buleleng," ucap Sutjidra.

Dari ribuan ODHA yang ada di Buleleng itu, Sutjidra juga mengaku paling banyak berada di kalangan wiraswasta, ibu rumah tangga, dan ibu hamil.

Atas kasus ini, sejak tiga tahun belakangan, Pemkab Buleleng telah mewajibkan seluruh ibu hamil untuk melakukan screening berupa tes VCT di bidan maupun puskesmas.

 Apabila dari hasil test VCT itu dinyatakan reaktif atau positif HIV-AIDS,  maka petugas medis akan memberikan treatment khusus, dan dilarang untuk melahirkan secara normal dan menyusui.

Ini dilakukan agar tidak terjadi penularan pada bayi.

"Screening ini sudah berjalan sejak tiga tahun yang lalu. Meskipun tidak memiliki jaminan kesehatan, screening akan ditanggung oleh pemerinyan. Screening ini wajib, agar virus tidak menular ke bayi dan petugas kesehatan yang menangani," jelas Sutjidra.

Disinggung terkait kematian akibat HIV-AIDS, Sutjidra menyebut jumlahnya cukup kecil.

Tahun ini, hanya ada satu ODHA yang meninggal dunia, asal Kecamatan Banjar.

Selain terpapar covid-19, ODHA tersebut juga positif terpapar covid-19.

Baca juga: Gedung Balai Budaya Bertaraf Internasional di Badung Digunakan Tempat Tes Swab Pegawai Pemkab

Baca juga: Jepang Pasang Lagi Cincin Olimpiade Raksasa di Tokyo

Baca juga: 5 Fakta Menarik Jenderal Andika Perkasa Beri Hadiah Spesial untuk Kuli Bangunan Sebelum Berpisah

"Memang sangat rentan, karena penyakit yang diderita sama-sama melemahkan. HIV-nya melemahkan daya tahan tubuh, sedangkan Covid-19 menyerang paru-paru. Memang sangat fatal sekali. Setau saya baru satu ODHA di tahun ini yang meninggal," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved