Dialog Dini Hari Rilis Single Payung Hitam, Terinspirasi dari Kisah Pejuang HAM
Peluncuran lagu baru ini pun menjadi pengingat kembali bahwa masih banyak pelanggaran HAM di masa lalu yang tak kunjung selesai hingga saat ini
Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Di tengah situasi perlindungan HAM yang tak kunjung membaik di Indonesia, trio blues/folk Dialog Dini Hari (DDH) merilis lagu terbarunya berjudul Payung Hitam.
Lagu ini dirilis pada Kamis (10/11/2020).
Peluncuran lagu baru ini pun menjadi pengingat kembali bahwa masih banyak pelanggaran HAM di masa lalu yang tak kunjung selesai hingga saat ini.
“Kami sengaja meluncurkan lagu ini (Payung Hitam) pada hari peringatan HAM sedunia untuk mengingatkan kembali bahwa masih banyak pelanggaran HAM yang tidak kunjung diselesaikan Jokowi, tetapi justru menggelar Pilkada yang tidak jelas di tengah pandemi seperti saat ini,” kata Dadang SH Pranoto, gitaris dan vokalis trio blues/folk dari Bali ini.
Baca juga: Pasca Pilkada Denpasar, Gugus Tugas: Selama 14 Hari, Jika Kasus Covid-19 Naik Akan di-Tracing ke TPS
Baca juga: Satpol PP Denpasar Dalami Cukong Pengasong Cilik, Sang Anak Menangis hingga Mengaku Dipaksa
Baca juga: Bupati Mahayastra Serahkan Bantuan Kursi Roda kepada Warga Disabilitas Gianyar
Dadang mengatakan penciptaan lagu Payung Hitam terinspirasi dari perjuangan para ibu yang setia menggelar aksi tiap Kamis di depan Istana Negara.
Meskipun dia dan personel DDH lainnya belum pernah secara langsung terlibat dalam aksi Kamisan tersebut, Dadang mengatakan ikut mendukung, termasuk lewat lagu terbarunya.
Dadang bercerita, pada saat DDH konser di Jakarta tahun lalu, mereka memang pernah dihubungi aktivis KontraS yang ingin mengajak Sumarsih, salah satu aktivis Kamisan dan ibu dari korban tragedi Semanggi I.
“Tetapi waktu itu kami belum siap karena belum ada karya apapun tentang mereka. Dari situ aku jadi mengingat kembali. Akhirnya pada saat lagu ini jadi, aku coba mulai mewujudkan sebuah keprihatinan pribadi sebagai musisi terhadap pelanggaran-pelanggaran HAM yang masih terjadi sekaligus dukungan terhadap aksi Kamisan,” kata Dadang.
Dalam lagu terbarunya tersebut, DDH dengan tersurat mendukung aksi-aksi menuntut penyelesaian pelanggaran HAM termasuk Aksi Kamisan.
Aksi di depan Istana Merdeka itu sudah diadakan lebih dari 13 tahun oleh para korban, keluarga korban, ataupun warga lain yang menyerukan tuntutan yang sama terhadap penguasa negara.
Proses penggarapan Payung Hitam, menurut Dadang, berlangsung selama satu bulan.
Setelah Dadang menulis lirik, bassis Brozio Orah dan penabuh drum Deny Surya lalu menyelaraskan aransemennya.
Setelah sempat bongkar pasang selama sebulan, lagu itu pun jadi.
Permainan klarinet dari Yuvensius Donny Hermawan turut memperindah irama lagu sepanjang 4 menit 23 detik ini.
Baca juga: Hari Ini, Dimulainya Tahapan Rekapitulasi Suara di Kecamatan Bangli
Baca juga: 21 Tahun Art & Space: Penghormatan Atas Dedikasi Alm Made Wianta yang Suarakan Perdamaian Lewat Seni
Baca juga: Hasil Sementara Pilkada Badung: Giriasa di Atas Angin, Suiasa: Kotak Kosong Juga Kita Hargai