Berita Tabanan
19 Desa Akan Dilalui Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, Ada Warga yang Resah padahal Belum Penentuan Lokasi
Sebanyak 19 Desa di Kabupaten Tabanan menjadi jalur Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi. Namun saat ini prosesnya masih dalam tahap Feasibility Study (FS) ata
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Sebanyak 19 Desa di Kabupaten Tabanan menjadi jalur Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi.
Namun saat ini prosesnya masih dalam tahap Feasibility Study (FS) atau studi kelayakan di sepanjang jalur tersebut.
Pihak konsultan saat ini sedang menentukan titik koordinat yang akan segera disetujui oleh pimpinan daerah.
Namun, di sisi lain, sejumlah warga yang rumahnya menjadi titik koordinat atau menjadi jalur jalan tol tersebut justru ada yang gelisah, resah, hingga stres.
Menurut data yang berhasil diperoleh dari Dinas PUPRPKP Tabanan, 19 Desa tersebut tersebar di tujuh kecamatan yang ada di Tabanan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Klungkung Akan Terapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
Baca juga: Jelang Pelantikan Walikota, Polresta Denpasar Sampaikan Pesan Ini Ke Tokoh Masyarakat dan Lainnya
Baca juga: Posisi Danlanud I Gusti Ngurah Rai Kini Dijabat Kolonel Pnb Reza Ranesa
Rinciannya, untuk di Kecamatan Marga yakni Desa Selanbawak, Desa Marga, Desa Marga Dauh Puri, dan Desa Tegal Jadi.
Kemudian di Kecamatan Tabanan di antaranya adalah Desa Warnasari dan Desa Buahan.
Di Kecamatan Penebel ada di Desa Riang Gede, dan di Kecamatan Kerambitan diantaranya Desa Batuaji, Desa Sembung Gede, serta Desa Timpag.
Selanjutnya, di Kecamatan Selemadeg Timur di antaranya Desa Megati dan Desa Gadungan. Di Kecamatan Selemadeg di antaranya Desa Selemadeg dan Desa Bajera Utara.
Kemudian di Kecamatan Selemadeg Barat ada lima Desa diantaranya Desa Antosari, Desa Bengkel Sari, Desa Lumbung, Desa Lalanglinggah, dan Desa Selabih.
Baca juga: BKPSDM Karangasem Anggarkan 3 Milyar Untuk Rekrutem CPNS dan PPPK
Baca juga: Simpan 30,22 Gram Sabu di Rumahnya, Dervin Mohon Keringanan Setelah Dituntut 10 Tahun Penjara
"Sampai saat ini masih belum ada keputusan jalurnya di mana saja karena itu masih dilakukan tahap FS (feasibility Study) oleh konsultan jadi belum penlok (penentuan lokasi)," kata Kabid Bina Marga, Dinas PUPRPKP Tabanan, I Gde Partana, Jumat (8/1).
Menurutnya, jumlah sebanyak 19 Desa di Tujuh Kecamatan yang ada di Tabanan adalah yang kemarin diundang untuk pembahasan oleh tim konsultan serta pihak Pemerintah Provinsi Bali.
Setelah tahap FS ini selesai akan dilanjutkan dengan Penlok atau DED (Detail Engineering Design) yang kewenangannya ada di Gubernur dan Bupati.
"Untuk di lapangan prosesnya baru dari konsultan yang melakukan survei ke lokasi untuk FS. Untuk DED menyusul nantinya, kira-kira ada sekitar 5 sampai 6 pembahasan lagi," tandasnya.
Ratusan Rumah Warga Dikabarkan Terdampak Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi
Sementara itu, Camat Marga, I Gusti Agung Alit Adiatmika mengungkapkan, dengan adanya rencana mega proyek jalan tol Gilimanuk-Mengwi ini, ada empat desa yang terdampak di Kecamatan Marga.
Dari empat tersebut, ada ratusan warga yang rumahnya dikabarkan akan dilalui jalur tol yang rencananya dibangun tahun 2021 ini.
"Di Kecamatan Marga ini ada empat Desa yang kena jalur jalan tol ini. Tapi saat ini belum disosialisasikan ke masyarakat karena lokasinya belum final. Mungkin akan ada pembahasaan lanjutan lagi," ujar Diatmika saat dihubungi, Jumat (8/1/2021).
Menurutnya, dari pembahasan awal tersebut masyarakat di empat desa ini justru ada yang memberikan tanggapan suka dan tidak suka.
Mereka yang menyambut baik adalah warga yang memiliki lahan namun tak produktif.
Kemudian masyarakat yang mengeluh ini adalah warga yang rumahnya kemungkinan besar terdampak untuk pembangunan jalur tol.
Dia mengungkapkan, tim konsultan sudah melakukan kajian serta mencari titik koordinat untuk jalur tol.
Dari titik koordinat tersebut sebenarnya sebagian besar melalui wilayah perkebunan serta persawahan.
Dia melanjutkan, namun ada juga sekitar 100 warga lebih yang rumahnya terdampak.
Mereka bahkan ada yang resah, gelisah hingga stress memikirkan rencana tersebut.
Sebab, ketika rumah mereka dilalui jalur tol, mereka yang terdampak harus mencari lahan baru lagi untuk rumah barunya.
Terlebih di Bali dengan kepercayaan Umat Hindu banyak prosesi yang harus dilalui dan membutuhkan waktu yang cukup lama serta biaya yang sangat besar.
"Informasinya itu ada warga yang menjelang pensiun, justru rumahnya diinformasikan terkena jalur tol itu. Jadi ada yang gelisah sampai stres warga di sana. Ada warga dari Banjar Selanbawak Kelod sampai tidak bisa tidur memikirkan itu," ungkapnya.
Disinggung mengenai pembahasan jalur tol tersebut, pihaknya saat ini masih menunggu keputusan final dari pusat sehingga belum berani melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Saat ini kan baru dilakukan kajian dari pihak konsultan.
"Belum ada sosialisasi karena belum final. Mungkin nanti menunggu keputusannya dulu," tandasnya. (*)