Berita Denpasar

Hari Suci Siwaratri di Pura Dalem Tungkub Dihadiri Bendesa Adat Hingga Senator DPD RI AWK

Pura Dalem Tungkub Desa Adat Pagan, Sumerta Kauh, Denpasar Timur, Denpasar, Bali digelar persembahyangan Hari Suci Siwaratri

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Suasana saat Hari Suci Siwaratri di Pura Dalem Tungkub Desa Adat Pagan, Sumerta Kauh, Denpasar Timur, Denpasar, Bali, pada Rabu (13/1/2021) - Hari Suci Siwaratri di Pura Dalem Tungkub Dihadiri Bendesa Adat Hingga Senator DPD RI AWK 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pura Dalem Tungkub Desa Adat Pagan, Sumerta Kauh, Denpasar Timur, Denpasar, Bali digelar persembahyangan Hari Suci Siwaratri, pada Rabu (13/1/2021). 

Persembahyangan Hari Suci Siwaratri diikuti mulai dari Bendesa Desa Adat Pagan Denpasar, Dr. Wayan Subawa hingga Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Bali, Arya Wedakarna sebagai krama Pagan.

Tampak selain melakukan persembahyangan bersama warga, AWK menghaturkan punia berupa buku dan paket sembako untuk meringankan beban warga yang terdampak Covid-19. 

Dr. Wayan Subawa menuturkan, dalam momentum Hari Suci Siwaratri ini hendaknya saling tolong menolong, baik dalam keadaan baik atau buruk (selulung sebayantaka -red).

Baca juga: Siwaratrikalpa, Kakawin Tentang Hari Suci Siwaratri Hindu untuk Memuja Dewa Siwa

Baca juga: Denfest ke-13 2020 Dibuka Virtual dengan Garapan Tari Siwa Nataraja, Diselenggarakan Selama 3 Bulan

Baca juga: RENUNGAN Siwaratri: Malam Paling Gelap hingga Refleksi Kisah Lubdaka Sang Pemburu

"Sebagai krama adat Pagan harus berperan aktif dan peduli dengan Bali, agar patut dibanggakan serta mari kita jaga persatuan," ujar Mantan Sekda Badung itu.

Sementara itu, AWK mengatakan, bahwa dirinya dibesarkan di Desa Adat Pagan ini.

Bahkan, pesan ibunya agar tidak pernah melupakan Pura Dalem Tungkub

“Kedua orangtua saya bilang jangan dibawa ke mana-mana, tapi tetap di Pagan. Ini yang membuat saya selama-lamanya berhutang budi kepada warga adat Pagan. Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan restu masyarakat (adat) Pagan,” jelas AWK.

AWK menyampaikan rasa terima kasihnya yang begitu besar kepada rakyat yang telah mempercayai dan mendukungnya. 

“Saya bukan orang parpol, bukan pengurus ormas, hanya seorang guru," ungkap dia.

Persembahyangan Siwaratri di Pura Jagatnatha Denpasar Dibatasi Maksimal 50 Orang Persesi

Tak seperti tahun lalu, perayaan Siwaratri kali ini digelar sederhana dengan protokol kesehatan yang ketat.

Hal ini tampak di Pura Jagatnatha Denpasar, Selasa (12/1/2021) sore.

Para pemedek yang datang tidak banyak dan tidak memberludak seperti tahun lalu.

Mereka juga mengenakan masker, dan saat sebelum masuk ke dalam pura diminta untuk cuci tangan.

Salah seorang pemedek, Ni Ketut Sari Wulandari mengaku dirinya sembahyang agak sore dari biasanya dikarenakan adanya penerapan jam malam.

Dimana untuk persembahyangan di Pura Jagatnatah dibatasi hingga pukul 21.00 Wita.

“Dulu kan biasanya malam saya baru ke sini, sekarang memang sore, agar nanti tidak keburu waktunya. Kalau malam takutnya rame, apalagi ada pembatasan jumlah juga,” kata Sari usai sembahyang.

Ia mengatakan dirinya mengaku tidak masalah, walaupun dalam perayaannya ini ada pembatasan.

Yang terpenting baginya semua bisa melaksanakan ibadah dengan tenang tanpa mengurangi makna.

“Tidak masalah, ini kan demi kesehatan kita juga, apalagi saat pandemi, kita harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara yang melakukan persembahyangan juga mengatakan bahwa perayaan Siwaratri ini digelar sangat sederhana tanpa mengurangi makna.

“Siwaratri ini kan antara Siwa dan Ratri, antara terang dan gelap. Saat gelap Tilem Kapitu ini kita memuja Siwa agar bisa instrospeksi diri khususnya saat memuja Siwa,” katanya.

Ia pun mengatakan, pelaksanaan brata Siwaratri ini tak harus dilaksanakan di pura, melainkan bisa dilaksanakan di rumah masing-masing.

Sehingga dengan begitu, semua bisa menjaga diri dan bisa menekan angka penyebaran Covid-19 khususnya di Denpasar.

“Walaupun kondisinya seperti sekarang, tapi Siwaratri tetap berjalan seperti dulu. Hanya saja saat ini tetap menerapkan protokol kesehatan,” katanya.

Penanggung Jawab Pura Jagatnatha, Gusti Lanang Rai mengatakan persembahyangan di Pura Jagatnatha Kota Denpasar tetap berlangsung seperti biasa.

Akan tetapi jumlah pengunjung dalam satu sesi sebanyak 50 persen dari kapasitas Pura sebanyak 100 pemedek.

“Setiap sesi persembahyangan kami batasi 45 sampai 50 orang, kalau sudah genap segitu kita tutup pintu masuknya,” katanya.

Ia mengatakan saat ini tidak banyak yang tangkil ke Pura Jagatnatha dikarenakan sudah ada surat edaran dari Pemkot Denpasar dan adanya penerapan PPKM.

Biasanya pemedek sudah datang sejak pagi dan puncaknya pukul 19.00 Wita.

Untuk penjagaan pihak pengempon bekerjasama dengan pecalang Banjar Abasan, Kelurahan Dangin Puri.

Untuk persembahyangan juga dibatasi sampai pukul 21.00 Wita.

Jika memang ada yang datang lewat dari waktu tersebut, maka mereka akan diarahkan untuk pulang dan melaksanakan persembahyangan di rumah  masing-masing. (*)

(I Putu Supartika)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved