Jelang Tak Jadi Presiden AS, 10 'Kejahatan' Ini Bisa Berpotensi Jebloskan Donald Trump ke Penjara
Presiden dari Partai Republik itu berkilah sudah menghambat proses hukum, dan menyebut investigasi terhadap dirinya "perburuan penyihir".
TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Tinggal dua hari lagi masa jabatan Donald Trump sebagai presiden akan segera berakhir.
Statusnya sebentar lagi akan menjadi rakyat biasa, dan jeratan hukum pun bisa menimpanya.
Sejatinya, peraturan di AS memang melindungi seorang mantan presiden agar ia kebal dari tuntutan hukum untuk melindunginya dari kriminalisai politik.
Kendati demikian banyak yang percaya bahwa presiden berusia 74 tahun itu seharusnya bisa diproses, terutama bila dia melanggar aturan setelah tak lagi jadi presiden AS.
Melansir dari Daily Mirror, Minggu 17 Januari 2021, inilah 10 "kejahatan" Donald Trump yang berpotensi membuat Trump dijebloskan ke penjara.
Baca juga: Donald Trump Akan Pergi dari Gedung Putih Dan Tinggal di Resor Pribadi, Namun Sudah Ditolak Tetangga
Baca juga: Dimakzulkan, Presiden AS Donald Trump Tandai Orang Yang Menjatuhkan Dirinya, Balas Dendam?
1. Menghambat proses hukum
Laporan Penyelidik Khusus Robert Mueller menyatakan, si presiden diyakini beberapa kali menghambat proses hukum terkait intervensi Rusia di Pilpres AS 2016.
Salah satunya adalah menekan mantan Direktur Badan Penyelidik Federal (FBI), James Comey, untuk menggugurkan investigasi eks penasihatnya, Michael Flyn.
Namun, Mueller dan timnya sadar, Kementerian Hukum AS tidak bisa memproses tuntutan hukum presiden yang tengah menjabat.
Presiden dari Partai Republik itu berkilah sudah menghambat proses hukum, dan menyebut investigasi terhadap dirinya "perburuan penyihir".
Tetapi, Joe Biden yang bakal menggantikannya 20 Januari diyakini bisa mengaktifkan kembali kasus pendahulunya itu.
2. Gugatan soal Pilpres AS
Di hari-hari terakhir jabatannya, Trump yang masih mengeklaim menang dalam Pilpres AS 2020 bisa mendapatkan dakwaan.
Di antaranya adalah beredar rekaman Trump meminta pemerintah Negara Bagian Georgia untuk "mencari suara" yang bisa memenangkannya.
Kemudian pada 6 Januari, dia menyerukan kepada para pendukungnya untuk datang ke Gedung Capitol, saat Kongres AS mengesahkan kemenangan Biden.