Corona di Bali

Verifikasi Prokes Sekolah Sudah 50 Persen, Disdik Kebut Penerapan Sekolah Tatap Muka di Klungkung

Dinas Pendidikan Klungkung berupaya mempercepat dimulainya pembelajaran tatap muka.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Kepala Dinas Pendidikan Klungkung I Ketut Sujana saat menunjukkan surat permohonan pembelanaran tatap muka dari SMPN 1 Banjarangkan, Selasa 19 Januari 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Dinas Pendidikan Klungkung berupaya mempercepat dimulainya pembelajaran tatap muka.

Hingga Selasa 19 Januari 2020, verifikasi protokol kesehatan sudah dilakukan terhadap 50 persen sekolah di Klungkung. 

Kepala Dinas Pendidikan Klungkung I Ketut Sujana mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang melakukan verifikasi protokol kesehatan secara maraton ke 289 sekolah dari jenjang TK sampai SMP di Klungkung. 

Baca juga: Orang Tua Lebih Senang Anaknya Ikuti Pembelajaran Tatap Muka, Gumi: Terkadang Pikirannya Bercabang

Baca juga: PENGUMUMAN: Simulasi Pembelajaran Tatap Muka di Denpasar Ditunda hingga Waktu yang Belum Ditentukan

Baca juga: Klungkung Terapkan PPKM, Pembelajaran Tatap Muka Pertimbangkan Situasi

" Verifikasi kami lakukan terkait kesiapan sekolah menerapkan protokol kesehatan.Sekarang terus berproses," ungkap Sujana. 

Menurutnya proses verifikasi protokol kesehatan saat ini sudah mencapai sekitar 50 persen. Proses verifikasi prokes di sekolah ini ditargetkan rampung hari Sabtu, 23 Januari 2020.

" Pembelajaran tatap muka ini, kami targetkan bisa terlaksana akhir Januari atau awal Februari mendatang."

"Ini pun melihat situasi dan kondisi pandemi Covid-19 di Klungkung, " ujar Sujana. 

Menurutnya sudah ada beberapa sekolah yang sudah siap dan bahkan mengajukan surat permohonan pembelajaran tatap muka ke Dinas Pendidikan.

Seperti  SMPN 1 Banjarangkan

"Beberapa sekolah memang sudah ingin menerapkan sekolah tatap muka, tapi tentu semuanya butuh proses. Kami tidak terburu-buru, agar tidak sampai muncul klaster sekolah, " ungkap Sujana. 

Denpasar Masih Tunda Pembelajaran Tatap Muka

Simulasi pembelajaran tatap muka di Kota Denpasar yang rencananya mulai digelar Januari 2021 ini ditunda.

Hal itu lantaran kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar saat ini masih mengalami lonjakan.

Selain itu Denpasar juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Penundaan simulasi pembelajaran tatap muka ini sampai waktu yang belum bisa ditentukan.

“Simulasi pembelajaran tatap muka dan juga pembelajaran tatap muka ditunda karena Denpasar masih PPKM. Kami belum tahu sampai kapan, masih melihat perkembangan dulu,” kata Kabid Pendidikan SMP, Disdikpora Kota Denpasar, AA Gede Wiratama saat dikonfirmasi, Kamis 14 Januari 2021 siang.

Diketahui bahwa menurut rencana, simulasi pembelajaran tatap muka untuk SMP dilakukan bulan Januari 2021, tingkat SD bulan Februari 2021, sementara tingkat TK dan Paud dilakukan bulan Maret 2021 mendatang.

Namun semuanya ditunda termasuk pembelajaran tatap muka untuk SMP yang sebelumnya sempat diwacanakan mulai Maret 2021.

“Kami tunggu sampai zona merah ini menurun, apalagi kasusnya meningkat,” imbuhnya.

Wiratama menambahkan, untuk persiapan sekolah tetap dilakukan, seperti teknis, persiapan protokol kesehatan semuanya sudah dilakukan.

Persiapan itu dilakukan agar saat sudah memungkinkan, pihak sekolah bisa langsung mengajukan ke Dinas untuk melaksanakan simulasi.

Namun, jika sekolah tersebut masih berada pada zona merah dipastikan tidak bisa melakukan simulasi.

“Kalau pun Denpasar sudah masuk zona kuning atau hijau, kita juga masih memantau pergerakan kasus di wilayah sekolah. Jangan sampai masih banyak kasus sekolah malah membuka simulasi belajar tatap muka,” katanya.

Adapun persyaratan sekolah yang nantinya akan ditunjuk sebagai tempat simulasi yakni sekolah tersebut harus masuk dalam wilayah zona hijau dan maksimal zona kuning.

Siswa maupun guru yang boleh ikut simulasi juga harus berasal dari zona hijau dan zona kuning.

“Semua itu bisa dilihat dalam aplikasi Jagabaya, dari sana sekolah akan melihat siapa saja siswa yang bisa ikut simulasi,” katanya.

Jika nantinya ada siswa yang dari zona merah atau orange memaksa datang ke sekolah maka akan dipulangkan.

Sekolah yang ditunjuk sebagai tempat simulasi juga menyiapkan sarana protokol kesehatan yang lengkap.

“Lama anak di sekolah dalam simulasi tidak boleh lebih dari 2 jam pelajaran. Dan peserta didik paling banyak hadir ke sekolah seminggu dua kali,” imbuhnya.

Untuk persiapan pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka di Kota Denpasar, pihaknya juga menggunakan aplikasi Jagabaya.

Aplikasi ini kan digunakan untuk memonitor keadaan warga sekolah baik guru maupun siswa.

Semua warga sekolah wajib mengisi kondisi dirinya di dalam aplikasi tersebut termasuk riwayat penyakit bawaan yang dimiliki.

“Dari sana nantinya sekolah tahu kondisi siswanya, sehingga jika ditunjuk menjadi tempat simulasi bisa menentukan siswa dan guru yang akan diikutkan,” katanya.

Pihaknya menambahkan, jikapun pembelajaran tatap muka sudah dilaksanakan, itu hanya untuk mengobati kerinduan anak pada sekolah.

Sementara untuk kurikulum selesai di rumah dengan melakukan pembelajaran di rumah atau daring maupun luring hingga pandemi Covid-19 berakhir. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved