Berita Denpasar
Temukan Kasur dan Sofa, Pengelola Wisata Hutan Mangrove Imbau Warga Tidak Buang Sampah Ke Sungai
Setiap harinya pengelola kawasan objek wisata Hutan Mangrove Denpasar bersihkan sampah-sampah yang berasal dari hulu yaitu Sungai serta kiriman sampah
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Setiap harinya pengelola kawasan objek wisata Hutan Mangrove Denpasar bersihkan sampah-sampah yang berasal dari hulu yaitu Sungai serta kiriman sampah dari Laut.
Ketika ditemui pada Selasa (26 Januari 2021), Agung Soka selaku kebersihan dari perusahaan PT. Tirta Rahmat Bahari mengatakan sebelum pandemi banyak karyawan kebersihan yang ikut membersihkan kawasan objek wisata Hutan Mangrove yang biasanya dilakukan berbarengan pada pagi dan sore hari.
"Namun dikarenakan pandemi dan beberapa karyawan sudah dirumahkan sehingga hanya sedikit karyawan yang membersihkan kawasan objek wisata Hutan Mangrove," jelasnya.
Sementara menurut, Agus Santoso selaku Kepala Satuan Tugas Polisi kehutanan mengatakan secara teknis sampah yang berada di Hutan Mangrove ada dua yaitu berasal dari kiriman sungai dan kiriman dari laut.
"Dan jika masyarakat yang ada di hulu masih membuang sampah sembarangan di sungai maka akan membuat Hutan Mangrove tidak akan pernah bebas dari sampah. Karena sebelum air sungai akan ke laut tentu melewati hutan mangrove terlebih dahulu. Dan memang alur-alur sungai akan mengarah pada Hutan Mangrove," kata, Agus.
Baca juga: Lama Tidak Beroperasi, Fasilitas di Obyek Wisata Hutan Mangrove Denpasar Bali Mulai Alami Kerusakan
Baca juga: Di Tengah Pandemi, Mbah Roni Cari Kerang di Hutan Mangrove, Sehari Hasilkan Rp 60 Ribu
Baca juga: Desa Perancak Jembrana Miliki Ekowisata Hutan Mangrove
Dan jika laut kita tidak bersih tentu saja Hutan Manggrove kita juga tidak akan terbebas dari sampah.
Dan setiap Laut yang sedang pasang biasanya akan membawa sampah pada Hutan Mangrove dan ketika surut biasanya hanya airnya saja yang surut sehingga meninggalkan beberapa sampah.
"Terlebih terdapat beberapa spesies pohon mangrove yang memiliki akar tunjang. Sehingga sampah-sampah seperti sampah plastik ataupun sampah nelayan yang berupa sterofom untuk menyimpan ikan biasanya tersangkut pada akar pohon," lanjutnya.
Untuk saat ini proses membersihkan sampah-sampah yang tersangkut di akar pohon mangrove adalah dengan langsung turun ke rawa-rawa tersebut untuk mengambil seluruh sampah yang ada.
Jika dalam sehari saja sampah-sampah yang ada di sungai atau yang tersangkut di akar pohon mangrove tidak segera diambil maka akan terjadi banjir di kawasan Hutan Mangrove.
Saat ini beberapa karyawan PT. Tirta Rahmat Bahari hanya bisa mengatasi kiriman sampah yang ada di sungai.
Dan jika di Pantai Kuta terdapat penumpukan sampah otomatis pada kawasan Hutan mangrove juga akan mendapatkan kiriman sampah dari laut.
"Maka dari itu penanganan sampah di hutan mangrove ini benar-benar dilakukan secara disiplin. Dan penanganan sampah ini tidak bisa hanya dilakukan di kawasan Hutan Mangrove saja melainkan juga pada kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan di sungai agar segera dihentikan, dikarenakan hal tersebut dapat merusak alam," terangnya.
Agus juga menambahkan, bukan hanya sampah-sampah plastik atau sampah dari nelayan, bahkan petugas kebersihan juga pernah menemukan kasur dan sofa yang sengaja dibuang di sungai hingga sampai di Hutan Manggrove. (*)
Baca juga: Bupati Giri Prasta Temui Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Ajak Masyarakat Lestarikan Mangrove
Baca juga: Masyarakat Pesisir Dilibatkan Program Padat Karya Penanaman Mangrove, Diupah Rp 110 Ribu Per Hari
Baca juga: Wisata Hutan Mangrove Denpasar Ditutup Sejak Maret 2020