Berita Karangasem
Diduga Induk Babi Mati Terserang Virus ASF, Peternak Babi di Karangasem Ngeluh Sulit Dapat Bibit
Nengah Darma, seorang peternak babi asal Kecamatan Abang, mengatakan, hampir sebagian peternak babi sulit membeli bibit babi.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Beberapa peternak babi di Karangasem Bali mengeluh lantaran sulitnya memperoleh bibit babi untuk dikembangbiakkan. Terutama di Kecamatan Abang, Rendang, Kubu, serta Kecamatan Bebandem.
Kondisi ini terjadi sejak pergantian tahun 2020, tepatnya di akhir bulan Desember.
Nengah Darma, seorang peternak babi asal Kecamatan Abang, mengatakan, hampir sebagian peternak babi sulit membeli bibit babi.
Beberapa pasar hewan di sekitar Karangasem jarang menjual bibitnya.
• Meski Harga Daging Babi Mahal di Pasaran, Peternak di Klungkung Bali Tak Berani Pelihara Babi Banyak
Seeandainya ada, harga per ekornya bisa meningkat hingga 100 persen lebih dibanding sebelumnya.
"Sulit dapat bibit babi sekarang. Sampai kemarin saya beli bibit (babi) milik mertua 3 ekor.
Terus beli di luar 2 ekor tetapi harganya mahal, 2.5 juta.
Biasanya saya beli bibit babi 5 ekor harga 2.5 juta, sekarang cuma dapat 2 ekor," ungkap I Nengah Darma saat ditemui di Kantor DPRD, Rabu 27 Januari 2021 siang.
Pria asal Desa Abang, menduga, berkurangnya bibit babi di Karangasem disebabkan banyak induk babi yang mati terserang African Swine Fever (ASF) sejak pertengahan tahun 2020 di Karangasem.
Akibat populasi babi alami pengurangan. Dan Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada stok bibit babi.
"Bayangkan, tahun 2020 banyak babi bunting yang mati karena terserang virus ASF.
Nggak hanya induk, beberapa bibitnya juga mati karena kena virus ASF. Makanya peternak kesulitan mendapatkan bibit babi,"tambah Darma.
Peternak babi banyak juga mengaku tidak memiliki bibit babi yang siap dijual
Ditambahkan, meningkatnya harga bibit babi dikarenakan minimnya stok babi.
• Harga Daging Babi Tinggi, Butuh Waktu Setahun Untuk Pulihkan Peternakan Babi di Klungkung Bali
Pihaknya berharap agar kondisi kembali normal, sehingga peternak bisa menjangkau seperti sebelumnya.
Saat ini sebagian peternak mengeluh. Dan beberapa peternak terpaksa belum membeli bibit babi, karena menunggu harga turun.
"Nggak hanya peternak babi yang mengeluh. Sebagian penjual daging babi juga mengeluh karena pasokan dagingnya sedikit.
Harga daging babi per kilogramnya juga tembus angka Rp 85.000 hingga Rp 100.000. Untuk permintaan daging babi mengalami penurunan," imbuh Darma, sapaan akrab.
Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Karangasem, Made Ari Susanta, menduga, kurangnya stok bibit babi karena beberapa induknya mati.
Dugaan sementara kena ASF. Sekarang kemungkinan situasi peternakan babi masih kondisi restocking, sehingga harga babi pecrekor mengalami peningkatan.
"Untuk peternak babi di Karangasem, rata - rata peternak mencari bibit utamanya diseputaran Karangasem sebagian besar dari peternak lokal.
Petugas akan terus memantau memastikan kondisi ternak,"ungkap Ari .
Pihaknya menghimbau agar peternak menerapkan biosecurity sekitar kandang.(*)