Myanmar

Profil Min Aung Hlaing, Panglima Militer di Balik Kudeta Myanmar

Dia pernah mengisyaratkan niat terjun ke dunia politik setelah usia 65 tahun, umur ketika dia harus pensiun dari angkatan bersenjata.

Editor: DionDBPutra
myanmarnow.org
Jenderal Min Aung Hlaing, sosok di balik kudeta militer di Myanmar pada Senin 1 Februari 2021. 

Pemilu Myanmar 2020 dimenangkan dengan telak oleh Aung San Suu Kyi dan partainya, National League for Democracy (NLD), tetapi hasil itu digugat oleh pihak militer.

Sebelum pemilu dimulai, Jenderal Min Aung Hlaing sempat berjanji untuk menerima apa pun hasilnya.

Namun, tiba-tiba dia menciptakan ketegangan pekan lalu dengan berkata, konstitusi negara bisa dicabut jika krisis politik tidak bisa diselesaikan.

Lemahieu memprediksi, kini setelah sang jenderal mengambil alih kepemimpinan Myanmar, dia akan bergerak cepat menggelar pemilu baru untuk menyokong skenario politiknya.

"Saya rasa dia akan mencoba membuat negara kembali ke jalur pemilu di atas keras, di mana para pemain utama termasuk... Aung San Suu Kyi akan dilarang mencalonkan diri," imbuhnya dikutip dari AFP.

Profil Min Aung Hlaing

Min Aung Hlaing adalah seorang jenderal senior di Myanmar.

Tidak banyak sumber yang membahas tentang detail pribadi Min Aung Hlaing. Namun dia diangkat menjadi panglima tertinggi militer Myanmar atau dikenal dengan nama Tatmadaw pada 30 Maret 2011.

Menurut mantan teman sekelasnya, yang dikutip oleh Reuters, Min Aung Hlaing adalah seorang kadet biasa-biasa saja, yang diterima di Akademi Layanan Pertahanan pada usahanya yang ketiga.

Meskipun demikian, jabatannya di militer selalu dipromosikan secara teratur.

Min Aung Hlaing menghabiskan sebagian besar karir militernya untuk memerangi pemberontak di perbatasan timur Myanmar dalam konflik yang dikenal karena mendiskriminasi etnis minoritas.

Pada tahun 2009, Min Aung Hlaing mengawasi operasi militer di sepanjang perbatasan Myanmar-China untuk menggulingkan kekuasaan pemimpin regional yang kuat, Peng Jiasheng di wilayah Kokang yang berbatasan dengan China.

Ketika ia memimpin operasi militer di Kokang, terjadilah insiden yang menewaskan puluhan orang.

Insiden ini telah melanggar gencatan senjata selama 20 tahun dan mendorong 30.000 warga di wilayah ini mengungsi ke China.

Seruan Aung San Suu Kyi

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved