Berita Bali
Babak Belur Dihantam Pandemi Covid-19, Puluhan Hotel di Bali Dijual
"Mereka berpikir mungkin setelah tahun 2022 bisa mulai recovery dan bisa ada pemantapan ekonomi sehingga harganya pun akan naik. Masih dalam negosiasi
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Industri pariwisata Bali khususnya akomodasi seperti hotel dan villa semakin babak belur dampak pandemi Covid-19 ditambah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali.
Dimana saat ini rata-rata tingkat hunian atau okupansi hotel hanya satu digit sedangkan jumlah kamar yang ada di Bali sebanyak 146 ribu.
"Saat ini tingkat hunian hotel di Bali hanya single digit, jadi ada satu hotel miliki 100 kamar cuma isi 5 kamar. Punya kamar 200 isi 9 sampai 10 kamar, itu kan kecil sekali. Tidak akan bisa menutup biaya operasional daripada hotel," kata Ketua PHRI Badung IGN Rai Suryawijaya, Jumat 5 Februari 2021.
Ia mengungkapkan kekuatan pengusaha khususnya di bidang hotel dan restoran biasanya memiliki persediaannya (dana cadangan) 3 bulan, setelah 3 bulan mereka akan mantab atau makan tabungan, setelahnya lagi akan manfest atau makan investasi menjual asetnya.
Meskipun pemerintah memberikan kebijakan relaksasi tetapi menurutnya tidak membantu banyak dan juga ada pemberian dana hibah pariwisata itu hanya bisa mencover satu atau dua bulan dana operasional kita saja.
• Dana Baju Seragam Dewan Hampir Rp 1 Miliar, Dianggarkan DPRD Bali di Masa Pandemi Covid-19
• Penyidik Sudah Kantongi Nama yang Dicurigai Mark-up Biaya Hotel Program Explore Buleleng
• Kasus Dugaan Mark-Up Biaya Hotel Explore Buleleng Ditingkatkan ke Penyidikan
Pihaknya dan seluruh stakeholder pariwisata agar bisa segera mendapatkan soft loun yang diajukan Pemprov Bali melalui Gubernur Bali sebesar Rp 9,7 triliun.
"Kalau itu segera bisa direalisasikan memberikan soft loun dengan bunga yang rendah dan juga waktu 10 tahun mungkin akan bisa tertolong. Kalau tidak situasi dan kondisi pengusaha akan sangat semakin sulit dan banyak yang akan kolaps dan pailit," ungkap Rai Suryawijaya.
Diakuinya sekarang terdapat puluhan hotel di Bali yang on sale atau dijual dampak pandemi Covid-19 karena sulit untuk bertahan tetapi kewajiban membayar loun ke Bank tetap berjalan karena ada pinjaman.
"Puluhan hotel atau kurang lebih ada sekira 60 hotel sekarang on sale artinya mau ditawarkan untuk dijual. Saya rasa orang punya uang pun masih berpikir saat sekarang. Jadi kalau ingin pariwisata Bali selamat harus secepatnya Pemerintah Pusat untuk membantu kita," paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan investasi hotel cukup besar dan tidak mudah untuk menjual disaat sekarang ini, Rai Suryawijaya mendengar bahwa banyak investor asing yang akan masuk tetapi sekarang ini belum ada.
Saat ini kita (stakeholder pariwisata khususnya hotel dan restoran) masih bertahan dan sangat mengharapkan kebijakan pemerintah pusat untuk segera memberikan soft loun sehingga pariwisata ini bisa terselamatkan.
"Beberapa pemilik hotel ada yang langsung bilang ke saya (hotelnya di jual) dan bahkan juga untuk menawarkan siapa tahu saya punya networking investor yang akan membelinya. Dan beberapa juga secara diam-diam (jual hotel) ya karena ini adalah rahasia daripada perusahaan. Kalau yang pailit memang ada beberapa tapi ini puluhan ini (sekitar 60 hotel) yang mau dijual, mau ditawarkan, on sale," urai Rai Suryawijaya.
Puluhan hotel ini banyak ditawarkan kepada baik investor lokal (Indonesia) ataupun investor asing dari luar negeri namun situasi sekarang pintu Internasional kita ditutup jadi agak sulit untuk mendatangkan atau membawa investor asing.
Sehingga saat ini pihaknya (stakeholder pariwisata) wait and see beberapa bulan kedepan tapi kita harapkan pandemi Covid-19 di Indonesia segera bisa berakhir dan situasi kondisi perekonomian pulih kembali.
Diakui olehnya kepemilikan hotel-hotel yang ada di Bali ini jangan sampai beralih kepemilikan sebisa mungkin dapat bertahan.
• Ini Penjelasan Hotel dan Wedding Organizer Terkait Batalnya Pernikahan Ayu Ting Ting dan Adit
• Hotel Dijual Bermunculan di Marketplace Saat Pandemi Covid-19, Ada yang Dijual Rp 2,7 Triliun
• Mantan Security Hotel Selundupkan Motor Curian, Tertangkap Dekat Pelabuhan Padangbai Karangasem Bali
"Jangan sampai beralih kepemilikan itu yang kita tidak harapkan," tambahnya.
Puluhan hotel yang dijual saat ini beranekaragam mulai dari hotel bintang tiga, bintang empat, bintang lima bahkan villa pun banyak.
"Bintang tiga banyak yang ingin menjualnya karena ada beban kewajiban yang harus dibayar ke Bank sedangkan income tidak ada bahkan minus dan pemilik menutup itu. Pilihannya mereka tutup atau jual. Paling banyak di Badung khususnya wilayah Kuta, Jimbaran dan juga ada di Nusa Dua tapi di daerah lain (selain Badung) juga ada," jelas Rai Suryawijaya.
Lebih lanjut ia menyampaikan untuk investor asing yang menginginkan atau melirik berinvestasi hotel di Bali berasal dari Eropa dan Amerika karena Pulau Dewata masih dianggap oleh mereka aman dan nyaman untuk berinvestasi long term (jangka panjang).
Tapi sekarang ini belum ada investor yang deal atau sepakat membeli hotel disini karena mereka belum bisa langsung melihat propertinya akibat border Indonesia masih tutup dan perlu waktu.
"Mereka berpikir mungkin setelah tahun 2022 bisa mulai recovery dan bisa ada pemantapan ekonomi sehingga harganya pun akan naik. Masih dalam negosiasi, masih dalam proses. Kalau letter of intern ada kemauan berinvestasi di Bali banyak yang tertarik," urainya.
Investor asing banyak berminat terhadap properti hotel atau resort yang ada di pinggir pantai dan memiliki akses langsung ke pantai sangat diminati mereka.
Karena jika investasi ingin membangun resort investasinya tidak tanggung-tanggung besar sekali, jadi jika ada yang dijual tentu sangat diminati mereka.
Investor lokal juga banyak yang berminat membeli tapi lebih kepada budget hotel sesuai dengan kemampuan mereka.
"Tapi kalau investor luar umumnya properti yang diminati adalah properti dipinggir pantai seperti resort. Lebih gampang dijual lagi dan harga juga masih bisa tetap bertahan tidak terlalu fluktuatif. Kalau saat ini mungkin harga akan turun sampai angka 15 persen, kalau yang punya uang sangat bagus untuk membeli aset," ungkap Rai Suryawijaya.
Menurutnya siapa tahu nanti di tahun 2022 perekonomian bisa kembali normal, dan nanti tinggal memetik daripada hasil buah usahanya.(*)