Penari Rangda Tewas Tertusuk Keris
UPDATE: Hari Ini 7 Februari Penari Rangda yang Tertusuk Keris Diaben di Kuburan Desa Adat Tuka Bali
Prosesi pengabenan penari rangda yang meninggal ditusuk keris, IGNEP (16), berlangsung hari ini, Minggu 7 Februari 2021.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Prosesi pengabenan penari rangda yang meninggal ditusuk keris, IGNEP (16), berlangsung hari ini, Minggu 7 Februari 2021.
Sebelum jenazah dibakar di kuburan atau diaben, jenazah IGNEP di upacarai dulu dirumahnya di Jalan Raya Tuka, Dalung, Kuta Utara, Badung, Bali.
Upacara yang dilaksanakan yakni upacara mesangih atau potong gigi kepada jenazah IGNEP.
Setelah selesai upacara dirumah korban, jenazah korban pun langsung dibawa ke setra atau kuburan Desa Adat Tuka untuk dilakukan prosesi pengabenan.
• UPDATE: Walau Tak Ada Laporan, Polisi Tetap Dalami Kasus Meninggalnya Seorang Penari Rangda
• UPDATE: Keluarga Penari Rangda Tak Tempuh Jalur Hukum, Sudah Ikhlaskan Kepergian IGNEP
• INFO TERBARU, Pemuda Penari Rangda yang Tewas Tertusuk Keris Dikenal Miliki Talenta Sejak Usia Dini
Pantauan di lokasi, upacara pengabenan di tengah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dijaga ketat oleh pecalang Banjar Tuka, Dalung.
Warga maupun kerabat IGNEP yang ingin mengantarkan jenazah itu pun terus diimbau untuk menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Proses pengabenan sendiri berlangsung sekitar pukul 12.00 Wita.
Sebelum jenazah dibakar, kakek korban, Nyoman Suardana, memohon maaf kepada seluruh keluarga, masyarakat atau kerabatnya, jika semasih hidup perbuatan cucunya itu ada yang salah.
"Saya minta maaf kepada semuanya jika ada perbuatan atau tingkah laku yang kurang baik dilakukan cucu saya saat dia masih hidup," katanya.
Pihaknya meminta doa kepada seluruh rekan dan kerabat korban, agar cucunya bisa tenang di alam sana dan diberi jalan berjalan dengan baik serta mendapat tempat yang baik pula.
Sebelum proses pembakaran dilakukan, jenazah korban pun didoakan kembali oleh warga yang hadir pada upacara pengabenan tersebut.
Suardana juga mengakui, sebelum dilakukan upacara pengabenan, sebelumnya dilakukan upacara manusia yadnya yakni dengan melaksanakan upacara ngotonin, dan metatah.
Setelah itu prosesinya baru dilaksanakan upacara pitra yadnya atau pengabenan.
"Namun kami harap, kedepan tidak ada lagi yang jadi korban atau kejadian yang sama terulang lagi," tungkasnya.
Walau Tak Ada Laporan, Polisi Tetap Dalami Kasus Meninggalnya Seorang Penari Rangda