16 Tahun Menjabat di Pemkot Denpasar, Rai Mantra Kini Fokus Kuliah S3 Dan Lanjutkan Bisnisnya
Menjabat dalam waktu yang lama, dan kini tiba-tiba berhenti, tak membuatnya merasa mengalami post power syndrome.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Dirinya pun mengaku telah banyak mendapat pengalaman selama menjabat di Kota Denpasar.
Sehingga menurutnya pengalaman ini lebih penting daripada teori, karena dirinya telah terjun langsung dan merasakannya
Menjabat dalam waktu yang lama, dan kini tiba-tiba berhenti, tak membuatnya merasa mengalami post power syndrome.
“Saya sudah persiapkan jauh-jauh hari ini. Enam bulan sebelum selesai sudah siap sehingga tidak akan post power syndrome. Makanya saya kuliah juga,” katanya.
Saat ditanya rencana dalam bidang politik ke depan, dirinya tak mau membuat spekulasi.
“Rencana politik, ya semua bisa terjadi nanti. Tapi saya mau bicara apa yang ada di depan mata dari pada menghayal,” paparnya.
Selama 16 tahun menjabat, dirinya pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan masukan.
Baginya kritik dan saran yang diberikan tersebut merupakan sebuah pelecut untuk menjadi yang lebih baik.
“Menjadi pemimpin mustahil tanpa mengeluarkan kebijakan. Jadi apapun kebijakan itu pasti ada pro dan kontra, memang demikian adanya,” katanya.
Menurutnya, tak mudah untuk mengelola perkotaan dengan multi kondisi.
Apalagi hampir semua pusat ekonomi, pendidikan, kesehatan dan segala sendi lainnya berpusat di perkotaan.
Selama masa pemerintahannya, Rai Mantra mengaku tak ada masalah yang terlalu mengganggu kondusivitas di Denpasar.
Hanya saja, belakangan saat menjelang akhir jabatannya, pandemi Covid-19 menerjang seluruh dunia termasuk Denpasar.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan, saran, dan kritiknya selama saya menjadi Wakil Wali Kota maupun Wali Kota. Sampai sekarang, telah banyak proses yang saya lewati dari Reformasi Birokrasi sampai e-Goverment,” katanya. (*)
