Berita Denpasar
Kini Produk Arak Sudah Ada Perpres-nya, Unggit Pan Tantri Khawatir Jual Arak Malah Makin Susah
Kini Produk Arak Sudah Ada Perpres-nya, Unggit Pan Tantri Khawatir Jual Arak Malah Makin Susah
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Para petani arak berhenti sementara karena permintaan dan harga arak yang diproduksi secara tradisional jeblok.
Perbekel Telagatawang, I Komang Muja Arsana mengatakan, petani arak tradisional sementara berhenti lantaraan arak tradisional kalah bersaing dengan arak fermentasi dari gula yang harganya lebih murah.
"Ada puluhan petani yang berhenti memanjat pohon kelapa. Petani mengaku rugi memanjat kelapa jika ujung - ujungnya hasil dari memanjat kelapa (arak) tidak laku terjual di pasaran. Kalau seandainya begini petani merugi. Makanya desa pusing dengn kondisi ini," ungkap Muja Arsana, Selasa 23 Februari 2021.
Akibatnya, hasil penjualan arak tradisional merosot drastis.
Baca juga: Perpres Mikol Terbit, Petani Arak Karangasem Menjerit: Harga Jeblok, Sulit Bersaing dengan Arak Gula
"Sekarang petani arak tradisional menjerit karena terjepit dengan arak gula yang difermentasi. Permintaan arak tradisional merosot, hampir tak laku jual pasca pengusaha berbondong memproduksi arak fermentasi gula dan lainnya yang secara tak langsung menyaingi arak," tambah Komang Arsana.
Ditambahkan, prajuru di desa juga telah menerima keluhan dari petani arak berbahan tuak.
Menurutnya, turunnya penjualan arak tuak disebabkan dua faktor. Pertama, muncul pesaing baru dan menjamurnya arak gula.
Kedua, daya beli masyarakat turun akibat pandemi Covid-19.
"Saya merasa sangat prihatin dengan kondisi ini dan khawatir dengan kehidupan masyarakat terlebih arak yang berbahan baku tuak. Ini merupakan mata pencaharian utama warga di Tlagatawang," imbuh Komang Muja Arsana.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Nyoman Redana, petani arak asal Tri eka Buana, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Redana menyebut arak tradisional yang dia buat tidak berkembang sesuai harapannya.
Saat ini arak tradisional kalah bersaing dengan arak fermentasi dari gula di pasaran.
"Arak tak bisa berkembang seperti harapan. Kondisi ini terjadi setelah ada legalitas arak. Dari sinilah banyak fermentasi arak dari gula yang beredar di pasaran. Sehingga mengakibatkan permintaan arak tradisional mengalami penurunan," kata I Nyoman Redana dihubungi Selasa 23 Februari 2021 siang.
Dia merinci, arak gula lebih murah dibanding minuman arak tradisional yang diproduksi petani tradisional di Karangasem.
Harga arak gula per liternya hanya Rp 10-15 ribu, sedangkan arak tradisional dari kelapa per liter mencapai Rp 25-30 ribu lebih.