Kepausan
Paus Fransiskus Tetap Akan ke Irak di Tengah Peringatan Bahaya dari Para Ahli
Sistem perawatan kesehatan Irak sangat rapuh. Sulit mencegah warga Irak berkerumun untuk melihat Pemimpin Katolik Roma itu saat kedatangannya.
Madani merupakan ahli kelahiran Iran yang ikut menulis artikel di The Lancet tahun lalu tentang tanggapan yang tidak merata di kawasan itu terhadap Covid-19.
Dia mencatat bahwa Irak, Suriah, dan Yaman dalam kondisi sangat memprihatinkan untuk menanggapi virus yang berkembang.
Pasalnya negara-negara itu masih berjuang dengan pemberontakan ekstremis dan memiliki 40 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Melansir AP pada Minggu 28 Februari 2021, dalam sebuah wawancara telepon, Madani mengatakan orang Timur Tengah dikenal karena keramahan mereka.
Untuk itu dia memperingatkan bahwa antusiasme di antara orang Irak untuk menyambut tokoh perdamaian seperti Paus Fransiskus ke bagian dunia yang terabaikan dan dilanda perang dapat menyebabkan pelanggaran yang tidak disengaja terhadap tindakan pengendalian virus.
Baca juga: Paus Fransiskus Harus Berhenti Makan Pasta karena Sakit Punggung Sangat Menyiksanya
“Ini berpotensi menyebabkan risiko yang tidak aman atau menjadi tempat infeksi massal,” katanya.
Dr Bharat Pankhania, pakar pengendalian penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Exeter, sependapat dengan itu.
“Ini badai yang sempurna untuk menghasilkan banyak kasus yang tidak dapat Anda tangani,” ujarnya.
Tegakkan Prokes
Penyelenggara di Irak berjanji menegakkan protokol kesehatan ( prokes) yaitu pakai masker, jarak sosial dan batasan kerumunan.
Dua pejabat pemerintah Irak berjanji lokasi pengujian Covid-19 juga akan diperbanyak selama kunjungan pemimpin Takhta Suci.
"Protokol perawatan kesehatan penting tetapi dapat dikelola," kata seorang pejabat pemerintah Irak kepada jurnalis AP.
Vatikan mungkin telah mengambil tindakan pencegahannya sendiri. Mulai dari Paus yang berusia 84 tahun, rombongan Vatikan yang beranggotakan 20 orang, dan lebih dari 70 jurnalis di pesawat kepausan semuanya divaksinasi.
Problemnya terjadi di Irak. Orang-orang Irak yang berkumpul di utara, tengah dan selatan negara itu untuk menghadiri misa di dalam dan di luar ruangan, mendengarkan pidatonya dan berpartisipasi dalam pertemuan doanya, tidak divaksinasi.
"Dan itu adalah masalahnya. Kami berada di tengah pandemi global. Dan penting untuk menyampaikan pesan yang benar,” kata Pankhania.