Kesehatan
Apa itu Sindrom FOMO? Berikut Cara Terbebas Darinya
Kesehatan mental Penelitian menunjukkan, FOMO bisa merugikan kesehatan mental. Gara-gara FOMO seseorang bisa saja berlaku di luar batas.
TRIBUN-BALI.com – Apakah Tribunner termasuk orang yang cemas jika ketinggalan aktivitas yang seru atau kurang update jika tak mengikuti tren yang sedang jadi bahan pembicaraan?
Apakah kamu merasa kurang keren jika tidak datang ke restoran yang sering muncul di media sosial?
Atau sedih karena tidak diajak teman ke sebuah pesta? Jika semua itu dijawab dengan “iya”, besar kemungkinan kamu mengalami sindrom khawatir ketinggalan sesuatu (Fear of Missing Out/ FOMO).
Walau fenomena FOMO bukan hal baru, tetapi ternyata sindrom ini berubah seiring waktu.
Baca juga: Berikut 5 Manfaat Bermain Puzzle untuk Kesehatan Mental
Baca juga: 5 Manfaat Buah Melon untuk Kesehatan Tubuh, Baik untuk Pencernaan hingga Kontrol Tekanan Darah
Baca juga: 5 Manfaat Daun Singkong untuk Kesehatan, Pereda Diare hingga Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Awalnya FOMO dipicu oleh berita yang jadi headline di media, foto-foto pesta atau konser, lalu bergeser ke liburan atau pun makan di tempat yang sedang hype.
Di masa kejayaan media sosial ini, perasaan FOMO bisa dipicu oleh sebuah aplikasi terbaru yang sedang jadi perbincangan, misalnya kurang update kalau belum mengunduh aplikasi Clubhouse.
Kesehatan mental Penelitian menunjukkan, FOMO bisa merugikan kesehatan mental. Bagaimana tidak, gara-gara FOMO seseorang bisa saja berlaku di luar batas kewajarannya. Misalnya mengarang kebohongan agar terlihat tetap kekinian.
FOMO juga bisa membuat seseorang merasa kesepian, memiliki self-esteem yang rendah, serta kurang mengasihi diri sendiri.
Ini karena kita jadi lebih banyak membandingkan diri dengan orang lain yang hidupnya kita lihat di media sosial.
Lewat Gadget dan Media Sosial Sebagai catatan, FOMO tidak mengenal usia. Artinya, orang yang sebenarnya sudah matang dan dewasa pun bisa saja mengalami sindrom ini.
Pada dasarnya normal jika kita merasa sedikit FOMO, tetapi jika hal itu sudah menguasai cara kita berperilaku, maka akui bahwa kita sebenarnya punya masalah.
Berikut adalah beberapa tips dari para pakar kesehatan mantal untuk menghilangkan perasaan takut ketinggalan dan lebih mencintai diri sendiri
Menerima diri secara utuh
Mencintai dan menerima diri secara utuh (self-compassion) akan membantu kita untuk tidak selalu ikut-ikutan dengan apa yang orang lain lakukan.
Misalnya sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial. “Hanya karena mereka selebritas atau influencer terkenal, bukan berarti mereka bahagia atau merasa penuh dengan hidupnya. Setiap orang memiliki tantangan hidup masing-masing,” kata psikoterapis Dr. Robi Ludwig.