Berita Gianyar

Jadi Jembatan Maut di Ubud, Kadis PUPR: Saya Perintahkan Bidang Bina Marga Tinjau Jembatan Laplapan

Jembatan Laplapan merupakan penghubung antara Banjar Laplapan dengan Kawasan wisata Ubud.

Tribun Bali/Firizqi Irwan
Lokasi terjatuhnya satu keluarga di Sungai Petanu, tepat di bawah Jembatan Laplapan Pejeng, Ubud, Gianyar, Bali. Jumat 19 Maret 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Gianyar merespon keprihatinan masyarakat terhadap kondisi jembatan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, yang kembali merenggut korban jiwa.

Kepala Dinas PUPR Gianyar mengaku telah menurunkan Bidang Bina Marga untuk melakukan kajian terkait jembatan 'maut' tersebut.

Jembatan Laplapan merupakan penghubung antara Banjar Laplapan dengan Kawasan wisata Ubud.

Jembatan yang di bawahnya terdapat aliran Sungai Petanu ini setiap harinya digunakan warga Kecamatan Tampaksiring untuk menuju Ubud dan sebaliknya.

Baca Juga: Suami Korban Kecelakaan di Jembatan Sungai Petanu Ungkap Awalnya Sang Istri Hendak ke Pasar Ubud 

Baca Juga: UPDATE Pencarian Komang Ayu di Tukad Petanu, Jalur Niskala dengan Gamelan Baleganjur Ditempuh 

Di tengah ramainya lalu lintas, bahaya selalu menghantui kawasan ini, terutama ketika musim hujan.

Sebab, di atas jembatan terdapat tebing-tebing tanah. Ketika hujan, tanah tebing terkikis lalu materialnya menumpuk di areal jembatan. 

Kondisi tersebut mengakibatkan jalan pada jembatan menjadi licin. Ditambah tumpukan tanah di atas jembatan tersebut juga digenangi air hujan.

Terlebih lagi, usai melewati jembatan, pengendara langsung dihadapkan dengan tanjakan terjal. 

Pembatas jembatan pun kondisinya sudah rapuh dan sebagian telah rusak.

Berdasarkan data dihimpun Tribun-Bali.com, Jumat 19 Maret 2021, kasus terbaru dialami oleh warga Banjar Teruna, Desa Siangan, Gianyar, Bali.

Tiga orang warga Banjar Teruna yang mengendarai motor tergelincir di Jembatan Laplapan dan jatuh ke Sungai Petanu, Ubud, Gianyar, Bali pada Kamis 18 Maret 2021 malam.

Seorang nenek, Ni Ketut Rindit, meninggal dalam peristiwa maut ini.

Sedang sang anak, Ni Komang Ayu Ardani, hingga Jumat 19 Maret 2021 sore belum ditemukan.

Adapun anak dari Komang Ayu Ardani, I Putu Kevin Ramansa, selamat dari peristiwa nahas ini.

Tiga tahun lalu, sekitar Juni 2017, dua pengendara juga jatuh ke bawah jembatan.

Satu korban meninggal dunia di tempat, karena terbentur bebatuan andesit yang terdapat di dasar jembatan.

Sementara korban satunya lagi selamat, karena tersangkut di pepohonan.

Baca Juga: Kisah Bocah 9 Tahun Selamat Saat Jatuh di Jembatan Sungai Petanu, Kevin Berpegangan Kayu di Jurang 

Baca Juga: Kesaksian Warga Soal Jembatan Laplapan Tenget Gianyar Bali, Made Cakra: Setiap Tahun Ada Musibah 

Sudah dari sejak lama warga setempat mengeluhkan kondisi jembatan yang memprihatinkan dan membahayakan ini.

Menurut tokoh masyarakat di Banjar Laplapan, I Ketut Karda, jembatan ini sudah tidak layak pakai. Alasannya, usianya tua karena dibuat tahun 1978.

Struktur dan material jembatan pun tidak melalui kajian. Dibuat secara gotong-royong oleh masyarakat.

Barometer pembuatannya hanya untuk pejalan kaki.

Sementara, saat ini setiap menit dilalui sepeda motor dan mobil.

Saat dikonfirmasi Tribun-Bali.com, Jumat 19 Maret 2021, Kepala Dinas PUPR Gianyar, Wayan Karya, mengaku sudah menerima sejumlah informasi terkait kondisi jembatan tersebut.

Saat ini pihaknya telah menurunkan Bagian Bina Marga untuk melakukan kajian untuk mengetahui penanganan apa yang harus dilakukan, serta mengkalkulasi biaya yang dibutuhkan.

"Sudah saya perintahkan Bidang Bina Marga untuk meninjau situasi di lapangan. Nanti hasilnya seperti apa, akan segera kita tindaklanjuti," janjinya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved