Berita Gianyar
Komang Ayu Belum Ditemukan, Tiga Orang Kecelakaan Terlempar ke Tukad Petanu Gianyar
Tiga orang yang merupakan satu keluarga mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai sepeda motor dan terjatuh ke Sungai Petanu
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
"Kami sempat lega karena mendapatkan informasi korban ditemukan, namun setelah dipastikan, yang ditemukan hanya tas dan helmnya saja, korban terakhir (Ayu) belum ditemukan," ujar Dibya Presasta.
Kata Ngakan Dibya, pencarian terus dilakukan.
Pencarian tak lagi hanya dalam bentuk sekala, tetapi pihak keluarga juga telah menempuh jalur niskala.
Adapun pencarian dari jalur niskala ini adalah memainkan gamelan baleganjur di korban sebelumnya jatuh.
Dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, penggunaan gamelan baleganjur dalam pencarian orang hilang merupakan hal yang umum dilakukan.
Ada mitos yang menyebutkan, orang yang hilang dan tidak kunjung ditemukan, diduga disembunyikan mahkluk astral.
Dengan suara gamelan, mahkluk tersebut akan melepaskan cengkeramannya pada korban, sehingga korban pun bisa ditemukan.
"Keluarga korban dengan upaya baleganjur, berharap korban segera ditemukan," ujar Dibya.
Namun hingga pukul 18.00 Wita, korban belum ditemukan.
Jembatan Laplapan Tenget
DI lokasi kecelakaan di Jembatan Laplapan, Jalan Raya Gunung Sari, Ubud, Gianyar, menurut warga, di daerah itu pasti selalu terjadi musibah setiap tahun.
Bahkan musibah di sana tak jarang menelan korban jiwa.
Made Cakra (55) saat ditemui di lokasi kecelakaan mengatakan, lokasi tersebut tenget (angker) lantaran musibah yang terjadi sering terjadi di sana, bahkan beberapa orang yang melintasi jalan tersebut hingga terjatuh ke jurang.
Kebanyakan dari mereka ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, setelah peristiwa itu terjadi.
"Informasi dari warga sini, setiap tahun ada aja musibah. Waktu ini ada musibah, 2 hari tidak ketemu. Ada 1 hari tidak ketemu, tapi masih hidup. Memang (lokasi Jembatan Laplapan) banyak keanehannya," ujar Made Cakra yang juga keluarga dari Ni Ketut Rindit (55).
Berdasarkan pantauan Tribun Bali, jalan yang menghubungkan Desa Petulu dan Desa Pejeng, Ubud, Gianyar, itu memiliki struktur jalan yang berkelok-kelok dan menurun, bahkan saat mendekati Jembatan Laplapan kondisi aspal rusak.
Sandaran Jembatan Laplapan juga terlihat rusak dan tidak ada pembatas jalan. Juga berdasar informasi warga bahwa kondisi jalan jika malam tiba tidak begitu terlihat jelas alias gelap.
Diduga minimnya lampu penerangan dan pembatas jalan di lokasi tersebut menjadi penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan.
Di sisi lain, kesan mistis di lokasi ini sangat terasa.
Kondisi udara di lokasi tersebut juga lembap dan jalan sedikit licin saat terkena air, terutama saat musim hujan tiba.
Sementara itu mengenai hal lainnya, Made Cakra mengatakan beberapa kali warga yang melintasi jalan tersebut hilang kendali dan terperosok ke dasar jurang Tukad Petanu.
Adapun warga sekitar mengatakan, Jembatan Laplapan sudah sangat tua, sehingga warga yang melintas diharapkan tetap berhati-hati.
"Kebanyakan (saat musibah itu terjadi) ketemu dalam kondisi meninggal. Tapi ada juga yang selamat, seperti anak kecil warga di sini, termasuk Kevin. Syukur ini mujizat bagi saya. Memang tidak ke sana jalannya," tambahnya.
Sebelumnya diketahui keadaan jembatan Tukad Petanu memperihatinkan.
Setiap musim hujan, material tanah tebing sepanjang kawasan tersebut longsor, dan material longsor selalu menumpuk di atas jembatan.
Selain itu, air hujan juga selalu menggenangi jembatan ini.
Kombinasi tumpukan material longsong (tanah merah) dan genangan air hujan ini membuat jembatan menjadi licin.
Beberapa tahun lalu, juga pernah kejadian dua pengendara jatuh ke bawah jembatan.
Satu korban meninggal dunia di tempat, karena terbentur bebatuan andesit yang terdapat di dasar jembatan.
Sementara korban satunya lagi selamat, karena tersangkut di pepohonan.
Warga Banjar Laplapan, Wayan Rio Ardiana, waktu itu, mengatakan, jembatan yang sudah tidak layak tersebut membuat masyarakat selalu ketakutan melintas.
Pihaknya berharap Pemda Gianyar mengalokasikan anggaran untuk perbaikannya.
Sebab, jalur ini bukan hanya akses warga menuju Ubud, tapi juga sebagai jalur alternatif pariwisata, dari Ubud menuju sejumlah objek wisata di Kecamatan Tampaksiring.
“Keadaan jembatan ini sangat meresahkan. Dan, jalan ini satu-satunya penghubung warga Laplapan menuju Ubud. Semoga cepat dapat perbaikan,” ujarnya, saat itu. (riz/weg)