Berita Klungkung
Kapolres Klungkung Ancam Copot Kapolsek jika Kembali Ada Tajen di Wilayahnya
Kapolres Klungkung AKBP Bima Aria Viyasa bersikap tegas, terhadap informasi tajen (judi sabung ayam) yang tetap digelar saat pandemi.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Kapolres Klungkung AKBP Bima Aria Viyasa bersikap tegas, terhadap informasi tajen (judi sabung ayam) yang tetap digelar saat pandemi.
Bahkan Bima Arya 'ancam' akan mencopot Kapolsek, jika kembali digelar tajen di wilayah Klungkung.
" Kalau ada lagi (tajen), saya copot Kapolseknya," tegas Bima Arya Viyasa.
Pihaknya juga mengimbau ke semua pihak, untuk tidak mencoba-coba menggelar judi tajen di Klungkung.
Apalagi saat ini sedang masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Warga Resah Judi Tajen Nekat Digelar di Masa Pandemi, Polres Klungkung Bubarkan Tajen di Dua Lokasi
Baca juga: Kapolsek Dawan Bantah Kabar Adanya Tajen Digelar Saat PPKM di Desa Pesinggahan Klungkung Bali
" Jangan coba-coba, kami akan bertindak tegas. Kami akan buat tim khusus. Jika kembali ada pihak yang menggelar tajen, kami akan amankan," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Polres Klungkung merespons keluhan masyarakat dengan membubarkan tajen di Desa Tangkas dan Desa Getakan, Kamis sore 25 Maret 2021.
Kapolres Klungkung AKBP Bima Aria Viyasa juga meminta masyarakat agar tidak coba-coba lagi menggelar tajen.
Bubarkan di 2 Lokasi
Warga di Klungkung diresahkan dengan keberadaan tajen (judi sabung ayam), yang digelar di dua desa di Kecamatan Klungkung.
Terlebih saat ini dalam situasi pandemi, dan hal ini membuat beberapa masyarakat justru apatis dengan upaya penanggulangan Covid-19.
Hal ini disampaikan oleh seorang warga yang juga selaku anggota Satgas Gotong Royong di salah satu desa di Kecamatan Klungkung.
Menurutnya hampir setiap hari ada tajen di desanya, dan bahkan tajen itu melibatkan jumlah orang yang sangat banyak.
Baca juga: Bertugas sebagai Tukang Ambil Cuk, Anak di Bawah Umur Jadi Tersangka Judi Tajen di Buleleng
"Saya sendiri bingung, kita mecaru dibatasi, sembahyang dibatasi, tapi tajen tetap masih bisa berlangsung," tegas warga yang enggan namanya diberitakan.
Hal ini juga membuatnya kesulitan untuk melakukan edukasi protokol kesehatan ke masyarakat.