Wawancara Tokoh
Curhat Ayah Marcus Fernaldi Gideon, Berharap Sang Cucu Jadi Pebulutangkis Dunia
Kurniahu Gideon menjadi sosok penting dalam perjalanan karier bulutangkis Marcus Fernaldi Gideon.
Dulu juga berlaga sebagai pemain pro.
Tahun 1981 bahkan nomor 7 dunia.
Bisa cerita sedikit bagaimana kisahnya?
Saya pernah juara Indonesia.
Final di Dutch Open, tapi waktu itu kalah.
Terus final di Thailand Open itu, di Jepang kemudian nomor tiga waktu itu yang juara Rudi Hartono.
Juara di Brunei, juara Merdeka Games.
Itu saya juara-juara gitu lumayan.
Bisa ranking 7 dunia itu kan lumayan.Tapi tiap All England itu saya kalah terus.
Tiga kali saya All England kalah terus. Jadi melalui Marcus terobatilah.
Hambatan apa yang paling berat dulu itu?
Saya kan dulu mau ke All England seleksi dulu di dalam negeri.
Memang sudah capek mungkin, gempur-gempuran di interen.
Kita seleksi, juara satu dan dua itu baru diberangkatkan All England.
Terlepas prioritas mungkin Rudi Hartono, Liem Swie King, itu mereka bebas seleksi.
Kita gempur-gempuran dulu di dalam, abis itu ke All England kan loyo juga.
Sudah banyak tenaga terkuras (kurang fit).
Semua sih kepingin juara, tapi kan lawannya itu lumayan-lumayan.
Setelah pensiun dari atlet, kenapa mau menjadi pelatih?
Saya senang, saya hobi badminton, menjiwainya juga.
Terus saya pikir, 1986 berhenti, 1987 harus melatih.
Belajar kepelatihan, sekolah kepelatihan, belajar juga.
Nambah ilmu harus.
Sertifikasi kepelatihan, sampai saya terakhir pada 1997 ikut coaching clinic di Melbourne.
Belajar juga saya kepingin.
Waktu itu kebetulan saya bawa tim junior Indonesia ke Melbourne.
Sekalian saya belajar, ada coaching clinic, setiap negara dijatah dua pelatih bisa ikut.
Pingin belajar terus waktu itu.
Sampai sekarang saya mau belajar juga, motivasi dan karakter.
Mempelajari sifat anak-anak. Kadang-kadang kan kita engga tahu.
Kalau dulu itu kalau malas bisa nempeleng, kalau sekarang sudah tidak boleh. Beda pendekatannya.
Sudah berapa lama menjadi pelatih?
Waduh, lama sekali. Setengah dari usia, 34 atau 35 tahun (melatih) mungkin. (*)
(tribun network/lucius genik)