Kabar Duka
Percakapan Umbu Landu Paranggi Sebelum Berpulang, Begini Sosok Presiden Malioboro di Mata Cak Nun
Percakapan Umbu Landu Paranggi Sebelum Berpulang, Begini Sosok Presiden Malioboro di Mata Cak Nun
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Sementara itu, penyair Wayan Jengki Sunarta, mengatakan banyak sastrawan maupun penyair yang datang ke RS.
Meski tak bisa menemani di dalam kamar saat perawatan mereka tetap menunggu di lobby rumah sakit.
Sebelum meninggal, dari pihak rumah sakit sempat mengabarkan dilakukan penanganan pompa jantung untuk Umbu.
Namun usaha itu gagal.
Hingga akhirnya ia mendengar kabar Umbu telah tiada.
"Memang sudah jalannya dan kami mengiklaskan. Pihak rumah sakit sudah berusaha semaksimal mungkin," katanya.
Tentang Umbu Landu Paranggi
Umbu Wulang Landu Paranggi lahir di Sumba, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943.
Ia dijuluki sebagai Presiden Malioboro.
Tahun 1975 Umbu Landu Paranggi meninggalkan Yogya dan kemudian bermukim di Denpasar, Bali.
Di Bali ia melahirkan banyak sastrawan dan dianggap sebagai Mahaguru.
Sosok Umbu ternyata sangat melekat di hati budayawan asal Jombang, Jawa Timur, Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun.
Dalam sebuah diskusi di Denpasar pada Oktober 2014 silam, Cak Nun menuturkan kedekatan personalnya tentang sosok Umbu.
Cak Nun pun menyiratkan rasa hormatnya pada Umbu, penyair yang telah lama tinggal di Bali ini.

“Jangan harap memahami Umbu. Ia tidak bisa dimengerti, hanya bisa dinikmati,” ujar Cak Nun ketika itu.
Lontaran ini seakan mengomentari tanggapan beberapa masyarakat tentang sosok Umbu yang lebih sering dikenal sebagai seniman yang angkuh.