Kabar Duka
Percakapan Umbu Landu Paranggi Sebelum Berpulang, Begini Sosok Presiden Malioboro di Mata Cak Nun
Percakapan Umbu Landu Paranggi Sebelum Berpulang, Begini Sosok Presiden Malioboro di Mata Cak Nun
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Sebaliknya, bagi Cak Nun, keangkuhan Umbu adalah bentuk penolakan penyair yang dikenal nyentrik ini terhadap budaya basa-basi.
Menurutnya, Umbu tidak bisa dijangkau lewat obrolan remeh-temeh.
Makna kata menikmati yang ia lontarkan berarti bahwa memahami Umbu hanya bisa dilakukan dengan mengamati kesehariannya secara langsung.
Hanya saja kesempatan bertatap muka dengan Umbu merupakan momen yang langka.
Cak Nun bertutur, Umbu hanya bisa ditemui jika memang Umbu sendiri yang menginginkan pertemuan itu.
Karenanya, meski pada akhirya Cak Nun berhasil bertemu langsung dengan Umbu yang sedang terbaring sakit, momen pertemuan itu adalah momen yang paling dirindukan Cak Nun.
Kata Cak Nun, di balik sosok angkuh yang lebih banyak diketahui masyarakat, Umbu adalah sosok yang hangat.
Sosok hangat ini dituturkannya lewat pribadi rendah hati dari penyair yang dikenal lewat karyanya seperti puisi Melodia ini.
Cak Nun sendiri mengaku memahami pribadi Umbu bukan dengan cara mengajaknya ngobrol.
Melainkan membaca karya sekaligus lakunya.
“Bali sangat beruntung memiliki Umbu,” ujar Cak Nun berulang kali.
(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Bali Beruntung Memiliki Umbu