Berita Bali
Penyebab Stok Babi Kurang di Bali Jelang Galungan, GUPBI: Ada Peternak Kirim ke Luar
Kekurangan babi menjelang Galungan disebut-sebut karena adanya pengiriman babi dari Bali ke luar.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Kekurangan babi menjelang Galungan disebut-sebut karena adanya pengiriman babi dari Bali ke luar.
Itu diduga dilakukan oleh beberapa peternak besar yang ada di beberapa kabupaten/kota di Bali.
Hal itu dikatakan Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa, Kamis 8 April 2021.
“Jadi yang masih punya babi, yang mempunyai jaringan keluar agar menunda pengirimannya keluar. Karena saya lihat ada beberapa peternak yang besar yang mengirim babi keluar,” ujar Suyasa.
Baca juga: GUPBI Bali Sebut Kekurangan Stok Babi Jelang Galungan Akibat Adanya Peternak yang Kirim Babi ke Luar
Baca juga: Dampak Krisis Ekonomi, Penggunaan Daging Babi Saat Galungan 2021 Diprediksi Menurun di Gianyar Bali
Baca juga: GUPBI Bali Akui Hanya Kabupaten Bangli Yang Tidak Kekurangan Stok Babi Jelang Galungan 2021
Suyasa tidak menyebutkan, di mana peternak besar tersebut.
Hanya saja besar harapannya agar beberapa peternak tidak mengirim keluar babinya menjelang Galungan.
Pasalnya hari raya Galungan banyak masyarakat di Bali yang membutuhkan babi.
“Kami menginginkan penundaan sementara untuk mengirim keluar babinya. Agar situasi yang tidak normal ini tidak nambah tidak normal lagi karena babi dikirim keluar secara masif. Dan ini tidak baik,” bebernya.
Pihaknya mengaku sudah mengajak para peternak untuk ikut membantu dan membuat situasi aman menjelang Galungan.
Namun setelah hari raya Galungan Suyasa membebaskan peternak untuk menjual babinya ke mana pun.
“Janganlah hanya mengejar profit saja. Mari kita bantu masyarakat juga atau memikirkan masyarakat kita juga,” pintanya kepada para peternak sembari mengatakan memang kita susah kasih tahu, ini kan sudah berbicara bisnis juga.
Diakui harga daging babi di Bali memang meningkat yakni Rp 40 ribu sampai Rp 47 ribu per kg.
Namun jika dibandingkan dengan di luar Bali, harga daging babi di Bali yang paling murah.
Di luar Bali bisa di angka Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per kg.
“Ini yang kita sesalkan, beberapa peternak semestinya juga harus berjiwa sosial. Jangan hanya memperhitungkan keuntungan saja,” tegasnya kembali.
Dia mengatakan, menjelang Galungan stok babi di semua kabupaten di Bali menurun kecuali Bangli.
Hal itu lantaran, saat adanya virus diduga African Swine Fever (ASF) menyerang Bali, hanya babi di Kabupaten Bangli yang sedikit bisa diselamatkan.
Begitu juga di Badung, salah satunya di wilayah Petang dan yang lainnya. Suyasa mengatakan saat ini belum banyak peternak yang melaksanakan restocking.
Hanya saja peternak yang melakukan restocking itu yakni yang memelihara sedikit dan tidak menerapkan biosecurity.
Pihaknya mengatakan, di Bali ada beberapa jenis peternak babi, yakni peternak modern dengan memelihara babi banyak, peternak semi modern, peternak kecil dan peternak tradisional.
Populasi babi di Bali banyak lantaran terdapat di peternak menengah yang semi modern atau yang memelihara babi potong 10 sampai 50 ekor.
Namun saat ini yang melakukan restocking yakni peternak kecil dan peternak tradisional yang memelihara di bawah 10 ekor babi.
Namun peternak modern belum berani melakukan restocking banyak, selebihnya dulu mereka juga mengalami kerugian banyak.
Sementara itu, harga daging babi yang melambung tinggi hingga tembus Rp 100 ribu per kg di tengah krisis ekonomi, menyebabkan masyarakat beralih ke penggunaan daging ayam dalam perayaan Galungan.
Penggunaan daging ayam sebagai pengganti daging babi, sejatinya bukan hal baru.
Namun, sebelum pandemi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat kesulitan ekonomi, penggunaan daging ayam ini biasanya digunakan oleh masyarakat kurang mampu.
di Gianyar, Ketua Grup Mepatung Petulu Gunung, I Nyoman Astana mengatakan, pihaknya tidak menggelar patungan daging babi untuk Galungan ini.
Pihaknya pun akan beralih ke daging ayam, untuk menekan biaya.
"Karena persoalan biaya yang tinggi untuk daging babi, Galungan kali ini kami pakai daging ayam saja," ujarnya.
Hal senada juga terjadi di Kecamatan Payangan.
Ketua Kelompok Mepatung, di Buahan Kaja, Payangan, I Wayan Sudita juga mengatakan tidak akan memotong babi saat penampahan Galungan ini.
Hal tersebut karena banyak anggotanya tidak akan membeli daging babi.
“Saya maklumi anggota kami kesulitan membeli daging babi. Lebih baik tidak memotong babi,” ujarnya.
Sebab, kata dia, estimasi pengeluaran masyarakat jika memotong daging babi saat ini, pengeluaran warga sekitar Rp 375 ribu per orang.
Hal tersebut, kata dia, jika babi yang dipotong beratnya 100 kg per ekor.
Kalau lebih dari 100 kg, bisa sampai Rp 400 ribu per anggota. (gus/weg)