Ramadan
Penjelasan dr. Syuma Terkait Perubahan Pola Makan dan Tidur Saat Puasa Ramadhan
dr. Syuma Adhy Awan MKes SpGK selaku Dokter Spesialis Gizi Klinik KSM RSUP Sanglah Denpasar berikan penjelasan bagaimana perubahan pola makan dan tidu
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Puasa Ramadhan mempengaruhi beberapa aspek fundamental dari fisiologi manusia termasuk pola tidur dan ritme sirkadian, keseimbangan cairan, keseimbangan energi, dan homeostasis glukosa.
dr. Syuma Adhy Awan MKes SpGK selaku Dokter Spesialis Gizi Klinik KSM RSUP Sanglah Denpasar memberi penjelasan tentang perubahan pola makan dan tidur ketika seseorang menjalankan puasa Ramadan.
Menurutnya, puasa Ramadan berbeda dari bentuk puasa umum lainnya.
Karena tidak ada makanan atau minuman yang dikonsumsi pada siang hari.

"Dikarenakan tidak adanya makanan atau minuman yang dikonsumsi pada siang hari, waktu antara makan selama Ramadhan jauh lebih lama dibandingkan bulan-bulan lain dalam setahun. Ini memiliki implikasi penting bagi fisiologi, dengan perubahan ritme dan besarnya fluktuasi dalam beberapa proses homeostatis dan endokrin," terangnya pada, Jumat (15 April 2021).
• Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Sedang Jalankan Puasa Ramadan? Berikut Penjelasannya
• JADWAL Imsakiyah Ramadhan Hari Ke-3, Waktu Sahur dan Berbuka Puasa untuk Kota Denpasar & Sekitarnya
• 4 Golongan Orang Ini Diperbolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadhan, Siapa Saja Mereka?
Durasi puasa berdampak pada perubahan fisiologis.
Dan yang terjadi ini sangat relevan ketika Ramadhan jatuh selama hari-hari musim panas yang lebih panjang, dengan garis lintang yang lebih tinggi mengalami siang hari paling banyak.
Misalnya, puasa Ramadhan di musim panas negara-negara Skandinavia bisa berlangsung lebih dari 17 jam.
"Sehingga pola makan dan puasa pada umumnya terbagi menjadi makan normal, puasa Ramadhan dan puasa berkepanjangan hingga kelaparan. Perbedaan pola makan setiap jam antara berbagai model puasa antara lain waktu puasa, pemberian makan dan asupan energi (makanan) per jam ditunjukkan per hari dalam kaitannya dengan periode puasa (panah) dan tercermin dalam kontrol glikemik (trend)," tambahnya.

Sedangkan perubahan pada pola tidur selama puasa Ramadan juga selalu mengalami perubahan.
Biasanya, umat Islam bangun sebelum fajar untuk makan sebelum puasa dimulai (sahur).
Sebagian besar akan kembali tidur setelahnya dan bangun untuk kedua kalinya untuk memulai hari.
Beberapa Muslim yang berpuasa mungkin tidur di sore hari.
"Dan setelah makan malam (Iftar), banyak yang tetap terjaga hingga tengah malam, atau lebih lambat. Dampak Ramadhan terhadap tidur antara lain penurunan total waktu tidur, keterlambatan tidur, penurunan waktu periode tidur, penurunan durasi tidur rapid eye movement (REM), penurunan proporsi. Tidur REM, dan peningkatan proporsi tidur non-REM, dan peningkatan tidur latensi," lanjutnya.