Serba Serbi
Ida Bhatara Kembali, Ini Makna Ulihan Dalam Hindu Bali
Galungan sudah berakhir, namun rentetan upacara dalam Hindu Bali pasca Galungan masih berlangsung.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Galungan sudah berakhir, namun rentetan upacara dalam Hindu Bali pasca Galungan masih berlangsung.
Diantaranya, Pemaridan Guru yang akan berlangsung besok, Sabtu (Saniscara) Pon Wuku Dungulan, 17 April 2021.
Jero Mangku Ketut Maliarsa, menjelaskan filosofi Pemaridan Guru adalah penyurudan atau ngelungsur.
Makna lain secara sederhana, kata dia, adalah permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau beliau yang bergelar Bhatara Guru (Tuhan).
Baca juga: Buda Wage Warigadean, Apa yang Seharusnya Dilakukan Umat Hindu?
Baca juga: Makna Upacara Melasti Sebelum Hari Raya Nyepi Bagi Umat Hindu Bali
Baca juga: Dulang Viral, Fungsi Dulang Sebagai Wadah Sesajen Bagi Umat Hindu di Bali
Baca juga: Pemaridan Guru, Ini Maknanya Setelah Galungan di Bali
"Di mana tempat pemujaan Bhatara atau Hyang Guru adalah di tempat suci keluarga, seperti sanggah, padharman, kawitan dan lain sebagainya," sebut pemangku asal Bon Dalem ini, kepada Tribun Bali, Jumat 16 April 2021.
Di sanggah atau pura keluarga itu, tempat memohon waranugeraha ke Bhatara Guru.
Untuk upakaranya, kata dia, dijelaskan di dalam Lontar Sundarigama.
Diantaranya banten banjotan, canang raka, wangi-wangi, Tirtha Gocara atau tirta pabersihan.
Kemudian setelah Pemaridan Guru. Ada yang namanya Ulihan.
"Nah kata Ulihan ini berarti mulih atau pulang (kembali)," katanya.
Secara spiritual, makna ini memiliki arti tersendiri.
Yaitu kembalinya Ida Bhatara ke alam niskala.
Atau kembali berstananya Ida Bhatara di kahyangan masing-masing.
Setelah sebelumnya beliau turun ke dunia, hadir terkait dalam pelaksanaan upacara suci Galungan di Bali.