Berita Badung
Warga di Petang Badung Mulai Budi Daya Porang, Kadis Sebut Harga Relatif Stabil
Dinas Pertanian dan Pangan setempat mengakui ada beberapa petani sudah melakukan penanaman porang seperti di wilayah Badung Utara, khususnya di Kecama
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Budidaya tanaman porang makin dilirik oleh petani di Kabupaten Badung.
Dinas Pertanian dan Pangan setempat mengakui ada beberapa petani sudah melakukan penanaman porang seperti di wilayah Badung Utara, khususnya di Kecamatan Petang.
Pemilihan budidaya porang selain mudah dibudidayakan, harga jual juga dipandang stabil, bahkan petani bisa menanamnya pada lahan-lahan yang tidak produktif sebelumnya.
Kendati demikian, sampai saat ini pemerintah setempat, belum membuat program pengembangan porang itu.
Hal itu lantaran porang termasuk komoditas yang baru dikembangkan oleh petani di Indonesia, salah satunya di Bali.
Baca juga: UPDATE: Selain Bobol Toko Vape di Munggu Badung, 2 Pelajar asal Mengwi Akui Pernah Mencuri di 7 TKP
Baca juga: Umanis Galungan, Kunjungan Wisatawan di Objek Wisata Sangeh Badung Alami Peningkatan
Saat ini, tren budidaya porang bahkan menjadi salah satu topik perbincangan di media sosial.
Ada yang mengaku sudah membudidayakan.
Namun banyak pula yang bertanya, lantaran belum tahu porang.
Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Wayan Wijana saat dikonfirmasi Jumat 16 April 2021 membenarkan jika porang kini menjadi komoditas baru yang dikembangkan petani.
Untuk di Badung sendiri akunya sudah ada yang melakukan budidaya.
"Untuk porang dari pendataan kami ada yang sudah melakukan budi daya, seperti di wilayah Badung Utara," ujarnya.
Namun pihaknya belum memiliki program khusus untuk pengembangan porang tersebut.
Kendati demikian, jika ini berhasil dan pasar terbuka, menurutnya petani akan semakin antusias untuk mengembangkan.
Baca juga: Polres Badung Minta Personil Lalulintas Petakan Wilayah Rawan Kecelakaan Saat Ops Keselamatan Agung
"Jadi ada beberapa petani di Badung yang membudidayakan porang secara mandiri. Seperti di wilayah Kecamatan Petang, khususnya di Desa Pelaga, Belok Sidan, dan Petang."
"Serta ada juga di Desa Bongkasa, Abiansemal. Total kurang lebih 5,5 hektare," bebernya.
Dengan adanya pandemi covid-19 yang membuat ekonomi lumpuh, pihaknya baru membuat program ke masyarakat untuk membantu ketahanan pangan.
Salah satunya memberikan bibit cabe untuk ditanam di pekarangan rumah.
"Harga cabai meningkat, sehingga kita berusaha membantu agar masyarakat tidak terbebani dengan harga cabai yang tinggi," jelasnya.
Disinggung mengenai koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali terkait budidaya Porang, Wijana menyebut belum ada yang khusus membahas pengembangan porang.
"Koordinasi secara khusus terkait pengembangan porang memang belum, namun karena tren pengembangan porang cukup potensial di Badung."
"Kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk merancang program pengembangan porang di Badung," jelasnya.
Mengenai kekhawatiran anjloknya harga saat petani berbondong-bondong menanam dan panen porang, Wijana mengaku bisa saja terjadi.
Sebab naik dan turunnya harga komoditi tak bisa dihindari. Semua itu pun kata Wijana tergantung jumlah permintaan dan ketersediaan komoditi tersebut.
"Salah satu permasalahan kami hadapi di sektor pertanian adalah fluktuasi harga. Kita memang tidak bisa menentukan standar harga, sangat tergantung dari permintaan dan penawaran serta kualitas produk pertanian."
"Jika permintaan meningkat penawaran sedikit, harga akan naik begitu pun sebaliknya," jelasnya. (*)
Berita lainnya di Berita Badung