Berita Badung
"Nyoman dan Ketut" di Badung Akan Dapat Beasiswa Mulai Tahun 2026
Pemerintah Kabupaten Badung menggarap serius sektor pendidikan. Bahkan kini akan memberikan beasiswa untuk siswa
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Pemerintah Kabupaten Badung menggarap serius sektor pendidikan.
Bahkan kini akan memberikan beasiswa untuk siswa untuk jenjang perguruan tinggi.
Menariknya beasiswa yang akan diberikan yakni khusus untuk siswa yang merupakan anak ketiga dan keempat atau "nyoman' dan 'ketut' di Bali.
Baca juga: ANGGARAN Rp 60 Juta Per Tahun Per Orang, 127 Mahasiswa Terima Beasiswa Pemkab Gianyar
Hal itu karena di Bali kini jarang ditemukan nama nyoman dan ketut.
Sejak program keluarga berencana (KB) masuk Bali dan masuk kategori berhasil, masyarakat Bali jarang memiliki anak lebih dari dua.
Sehingga nama Nyoman dan Ketut sebagai anak ketiga dan keempat mulai agak langka ditemukan.
Baca juga: 56 Siswa Terima Beasiswa Kuliah Pemkab Gianyar Bali, Bupati Mahayastra: Sampai Lulus
Nah, untuk menggairahkan warga Bali menerapkan KB empat anak, Pemprov Bali dan Pemkab Badung mewacanakan pemberian bantuan bagi anak yang bernama Nyoman dan Ketut tersebut
Pemkab Badung bahkan mengaku siap memberikan beasiswa bagi penyandang nama Nyoman dan Ketut hingga jenjang perguruan tinggi.
Baca juga: Jadi TERSANGKA! Kepsek SMKN 1 Klungkung Bali Diduga Selewengkan Beasiswa PIP dan Dana Komite
Hal itu pun sempat disampaikan Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa saat menghadiri upacara piodalan di Pura Dang Kahyangan Taman Sari, Banjar Alangkajeng, Desa Mengwi beberapa hari lalu.
Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa menyatakan bahwa melalui programnya pihaknya berkomitmen memberikan beasiswa bagi pemilik nama Nyoman dan Ketut sampai perguruan tinggi.
"Kami berkomitmen memberikan beasiswa penuh bagi mahasiswa dengan nama Nyoman dan Ketut untuk melanjutkan jenjang pendidikan S1 mulai tahun 2026," ujarnya
Dikatakan bahwa hasil riset, jumlah keturunan Ketut di Bali terus menurun dan kini hanya sekitar 4 persen dari populasi.
Jika tidak diantisipasi, kondisi ini bisa mempengaruhi keberlanjutan generasi.
"Budaya tetap ada, yang berubah adalah manusianya. Kita harus hati-hati menyikapi perubahan ini agar nilai luhur tetap lestari," kata Adi Arnawa.
Pihaknya berharap masyarakat Bali khususnya Badung bisa meniru Jepang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.