Berita Klungkung

Kisah Heroik Perang Puputan Klungkung yang Diperingati Setiap 28 April

Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra menceritakan, ketegangan jelang perang besar sudah terjadi 13 sampai 16 April 1908.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Diorama yang menggambarkan perang puputan Klungkung. 

Masyarakat di dua desa tersebut  melakukan perlawanan, untuk menghalau pasukan kolonial masuk ke pusat pemerintahan Kerajaan Klungkung di Semarapura.

"Belanda berhasil mengepung istana, dan saat ini lah dimulainya perang puputan atau perang sampai titik darah penghabisan," ungkap Ida Dalem.

Puncaknya tanggal 28 April 1908, Belanda berhasil menembus pertahanan Kerajaan Klungkung dan merangsek masuk ke dalam istana.

Tepatnya di depan Pemedal Agung. Semua rakyat berpakaian putih mengorbankan jiwa raga untuk puputan (Bertempur habis-habisan) di depan istana kerajaan.

"Tidak hanya rakyat, keluarga kerajaan hingga putra mahkota saat itu yang masih anak-anak, Ida I Dewa Agung Gede Agung ikut keluar istana untuk bertempur dan gugur bersama kerabat kerajaan lainnya," ungkap Ida Dalem Semaraputra.

Saat itulah sang raja Dewa Agung Jambe II melaksanakan dharmaning ksatria, yaitu kewajiban tertinggi seorang kesatria sejati.

Ia keluar istana, ikut pertempuran dan gugur bersama rakyatnya di depan depan Pemedal Agung

"Pemedal Agung merupakan saksi bisu perang Puputan Klungkung. Pada masanya, menunjukkan sikap masyarakat Bali, yang menempatkan kedaulatan dan kehormatan di atas segala-galanya. Semangat dan rasa nasionalime itulah yang harusnya diwariskan oleh generasi muda saat ini," tambah Ida Dalem.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved