Berita Klungkung

Kisah Heroik Perang Puputan Klungkung yang Diperingati Setiap 28 April

Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra menceritakan, ketegangan jelang perang besar sudah terjadi 13 sampai 16 April 1908.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Diorama yang menggambarkan perang puputan Klungkung. 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Tepat hari ini, 28 April, 113 tahun lalu, di Klungkung terjadi perang heroik masyarakat Klungkung melawan Kolonial Belanda.

Perang sampai titik darah penghabisan  yang sampai saat ini disebut perang puputan Klungkung tersebut, menjadi tonggak sejarah perjuangan masyarakat  untuk mempertahankan kedaulatan Kerajaan Klungkung

Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra menceritakan, ketegangan jelang perang besar sudah terjadi 13 sampai 16 April 1908.

Saat itu Kerajaan Klungkung sebagai pusat kerajaan di Bali, menjadi satu-satunya wilayah yang belum takluk oleh Kolonial Belanda.

Pada tanggal itu, kolonial mengadakan patroli keamanan di wilayah Kerajaan Klungkung. 

Lapangan Puputan Klungkung Bali Berganti Nama Menjadi Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe

Massa Tumpah Ruah di Monumen Puputan Klungkung, Kecam Pernyataan AWK & Sampaikan 3 Tuntutan Ini

"Hal ini tidak diterima petinggi kerajaan dan masyarakat saat itu, karena dianggap melanggar kedaulatan kerajaan," jelasnya.

Lalu terjadilah penyerangan terhadap beberapa tentara kolonial oleh masyarakat dan hal ini tidak diterima kolonial.

Pihak kolonial lalu mengeluarkan ultimantum kepada Kerjaaan Klungkung untuk menyerah ke Kolonial paling lambat 22 April 1908.

"Namun ancaman ini tidak perdulikan oleh raja saat itu Ida Dewa Agung Jambe

Pasukan dari Kerajaan Klungkung justru bersiap diri, mengingat tanggal 20 April 1908, kolonial Belanda menambah pasukan yang didatangkan dari Batavia (Jakarta). 

Tanggal 21 April 1908, pasukan kolonial Belanda memborbardir Gelgel, Satria, dan Semarapura.

Masyarajat yang bersenjata keris dan tombak, dengan berani menghalau serangan meriam dari kolonial.

Serangan pasukan Klungkung pun dapat dipatahkan setelah 6 hari pertempuran.

Pertempuran 6 hari berturut-turut membuat kolonial kehilangan cukup banyak pasukan.

Tanggal 27 April 1908, kolonial kembali mengirim pasukan dan berlabuh di Kusamba dan Jumpai.

Taman di Kerta Gosa dan Monumen Puputan Klungkung Kurang Terawat, Suwirta Minta Rombak Ulang

Dihari Puputan Klungkung ke-112 Tahun, Klungkung Terima Dua Pusaka dari Yayasan Belanda

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved