Kapal Selam Hilang Kontak
UPDATE: Biddokkes Polda Bali Periksa Kesehatan Anggota yang Siaga di Celukan Bawang Buleleng
Biddokkes Polda Bali melakukan pemeriksaan kesehatan kepada 65 petugas yang siaga di Pelabuhan Celukan Bawang
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Bali melakukan pemeriksaan kesehatan kepada 65 petugas yang siaga di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng, Bali, Rabu 28 April 2021 pagi.
Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan agar seluruh personel tetap fit selama proses evakuasi kapal selam KRI Nanggala 402.
Kaur DIVI dan Biddokkes Polda Bali, Kompol Kumolo mengatakan, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan berupa pengecekan tekanan darah, serta memberikan vitamin.
Pemeriksaan kesehatan ini tidak hanya dilakukan kepada anggota Polri, melainkan juga kepada TNI AL dan Basarnas yang siaga di Pelabuhan Celukan Bawang.
Baca juga: Beredar Isu Kapal Selam KRI Nanggala 402 Ditembak Kapal Asing, Ini Klarifikasi TNI AL
"Pemeriksaan kesehatan ini rutin kami lakukan setiap pagi, agar seluruh personel tetap sehat selama menjalankan tugas," ucapnya.
Sementara dari pantauan di lokasi, sebanyak tujuh kapal milik Polairud Polres Buleleng dan Basarnas terus disiagakan di Pelabuhan Celukan Bawang.
Kapal-kapal itu digunakan untuk menyisir perairan laut Celukan Bawang, untuk mencari kemungkinan adanya serpihan kapal selam KRI Nanggala 402 yang terbawa arus hingga ke wilayah Celukan Bawang.
Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan
Upaya proses evakuasi KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali masih dilakukan sampai saat ini oleh TNI AL dan dibantu sejumlah negara sahabat.
"Pelaksanaan evakuasi di laut Bali tetap dilaksanakan sampai sekarang. Jadi sampai sekarang masih ada KRI kita masih banyak di sana, kemudian MV Swift Rescue dari Singapura juga membantu untuk pengangkatan," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 27 April 2021.
M Ali mengatakan, informasi terbaru kita sudah menemukan dan mengangkat memakai ROV (Remotely Operated Vehicle) hydrophone atau alat komunikasi bawah air dari KRI Nanggala-402, beberapa foto visual terkini, kemudian ditemukan torpedonya.
Pihaknya sebisa mungkin akan mengangkat bagian-bagian kecil dari KRI Nanggala-402 yang dapat diangkat oleh ROV.
"Sebisa mungkin kita akan mengangkat bagian per bagian kecil, karena kemampuan ROV itu mengangkat hanya 150 kilogram. Tetapi nanti kita koordinasikan untuk mengangkat yang lebih besar," jelas Asrena Kasal.
M Ali menyampaikan, metode pengangkatan kapal selam bergantung dari kedalaman posisi kapal itu di kedalaman berapa.
Baca juga: 3 Tahun Terakhir KRI Nanggala 402 Aktif Latihan dan Operasi, Berikut Penjelasannya
Posisi kedalaman ini sangat mempengaruhi tingkat kesulitan pengangkatan kapal tersebut.
"Mengangkatnya ada yang mengangkat menusuk, kemudian mengait sehingga mengangkat secara perlahan, kemudian ada yang menggunakan balon udara dan macam-macam. Ada yang menggunakan selang, selang ini dihubungkan dengan tangki pemberat pokok kemudian baru diembuskan udara ke dalamnya sehingga air itu terbuang. Tapi itu tergantung kondisi kapal di bawah laut. Kalau sudah hancur agak sulit untuk mengangkat," jelas M Ali.
Rencana mengangkat KRI Nanggala-402 masih didiskusikan bagaimana caranya, karena kedalamannya ini tidak dangkal dan ini termasuk yang dalam. Lebih dalam dari kejadian kapal selam Argentina.
Sebelum terjadinya peristiwa KRI Nanggala-402 tenggelam, Pemerintah sudah memiliki program pengadaan Kapal Rescue.
"Sudah diprogramkan dengan Bapennas, dengan Kemhan. Sudah diprogramkan satu kapal rescue," imbuh Asrena Kasal.
M Alimengatakan, KRI Nanggala-402 mengalami fase sub-miss hingga fase sub-sunk di utara perairan Bali dan sebanyak 53 awak yang onboard dinyatakan gugur serta kapal selam terbagi tiga bagian diduga karena faktor alam.
"Masalah faktor alam ini tentunya pada saat kapal selam di permukaan mungkin hampir sama dengan faktor alam yang dialami kapal atas air. Tapi pada saat kapal selam menyelam mungkin yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," ujar M Ali.
Faktor arus bawah laut ini di beberapa tempat berbeda tergantung kondisinya, tapi biasanya seorang awak kapal selam sebelum beroperasi dia melihat buku panduan yang menyampaikan bahwa kondisi daerah tersebut seperti apa, baik itu kondisi faktor oceanografi (permukaan) maupun hidrografi (bawah laut) dan ada juga internal solitaire wave atau arus bawah laut.
Berdasarkan beberapa pakar dan ahli oceanografi menyatakan arus bawah laut yang cukup kuat, yang bisa menarik secara vertikal.
Baca juga: Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan
"Jadi jatuhnya kapal ke bawah itu lebih cepat dari umumnya atau daripada biasanya. Nah ini yang harus diwaspadai. Biasanya kita kalau mewaspadai itu pasti pakai pendorongan yang lebih daripada biasanya. Kita gunakan kecepatan yang lebih. Kita harus siap untuk sewaktu-waktu mengembuskan tangki tahan tekan, tangki darurat seperti yang tadi diceritakan Danseskoal," jelas Asrena Kasal yang juga mantan Komandan KRI Nanggala-402.
Pihaknya mengaku memiliki pengalaman beberapa kali mengalami ini, seperti KRI Nanggala-402 pernah, KRI Cakra juga pernah, kapal lain juga mungkin pernah.
Kapal ini menjadi lebih berat dari seharusnya dan jatuh (karena terkena arus bawah laut), tapi bisa diatasi dengan pendorongan ataupun dengan mengembuskan tangki tahan tekan atau dengan emergency blow istilahnya.
"Bisa kita semua mengembuskan semua TPP atau tangki pemberat pokok atau balash tank yang ada di kapal. Itu untuk membuat kapal ini menjadi lebih ringan, itu cara-cara penanganannya," kata M Ali.
Cara penanganan itu pun dilatihkan kepada semua awak kapal selam saat berlayar bagaimana peran-peran kedaruratan, seperti bagaimana seorang perwira jaga kapal itu bisa mengatasi kedaruratan seperti dalam kondisi kapal jatuh, kemudi macet, kemudi darurat, terjadi kebakaran ataupun terjadi kebocoran.
"Itu kita latihkan secara rutin. Rutin selalu kita latihkan. Jadi itu pengalaman-pengalaman kami dan alhamdulillah selama ini memang tidak pernah sampai fatal. Kita selalu bisa mengatasi kedaruratan-kedaruratan itu," imbuhnya.
Kemungkinan arus bawah laut cukup tinggi dan melebihi batas kedalaman, KRI Nanggala-402 tenggelam dan retak terbelah menjadi tiga bagian.
"Bisa jadi seperti itu, ini masih dalam penyelidikan. Dan penyelidikan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan kita akan mengundang pakar-pakar kapal selam, bahkan tidak hanya pakar dari dalam negeri, mungkin juga pakar dari luar negeri," katanya.
Danseskoal, Laksda TNI Iwan Isnurwanto menambahkan untuk menjadi awak kapal selam tidak mudah langsung mengawaki.
Mereka semua akan menerima seluruh teori-teori yang ada, sampai dengan bagaimana kita mengatasi kedaruratan.
"Yang paling fatal pun kita sudah tahu bagaimana caranya. Sehingga bahasa kasarnya itu sebodoh-bodohnya kapal selam, tapi dia tahu bagaimana cara menyelematkan. Anggaplah kalau kita di dalam ada permasalahan, maka tadi itu tangki pemberat pokok diembuskan, kemudian tangki tahan tekan diembuskan agar kapal bisa naik. Itu semua mereka tahu di mana tempat-tempatnya untuk mengembuskan," papar Danseskoal Laksda TNI Iwan.
Mengenai internal wave, itu memang di sana (bawah air) ada perbedaan densiti air antara di bawahnya Lombok dengan di utaranya Bali.
Kedalaman di bawahnya Bali itu kurang lebih ribuan meter, sedangkan di Selat Lombok itu 200 sampai 400 meter, sedangkan di utaranya kedalamannya sampai 800 meter.
"Kenapa kok internal wave? Karena tadi itu, ada gerakan yang sangat massif perbedaan densiti yang dari berat ke ringan ini mengakibatkan ombak yang begitu besar. Tetapi ingat ini di dalam, internal wave. Menurut Himawari-8 Jepang dan juga Citinel Eropa pada tanggal tersebut, tanggal 21 April 2021 di situlah terjadi menurut satelitnya terjadi adanya internal wave yang bergerak dari bawah ke utara," jelasnya.
"Palungnya ini antara gunung dengan gunungnya ini gelombangnya ini kurang lebih 2 nautical mile, dan berapa untuk dayanya? Kurang lebih sekitar 2 juta sampai 4 juta liter untuk airnya. Jadi kalau saat itu menyelam 13 meter kemudian di gunungnya dia terbawa, maka dia otomatis terbawa langsung turun tidak bisa diselamatkan oleh yang lain-lainnya. Tidak bisa, tidak sempat karena tidak mampu melawan alam ini," kata Iwan. (*).
Kumpulan Artikel Kapal Selam