Berita Bali
Usir Kebosanan Anak Penderita Kanker yang Sedang Berobat,Tim Medis RSUP Sanglah Hibur dengan Dongeng
beberapa tim medis dan pengelola Yayasan Mc. Moran untuk melakukan kegiatan berdongeng ketika pasien anak-anak kanker sedang jenuh menjalani
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pasien anak-anak penderita kanker yang dirawat di Ruang Perawatan Pudak, RSUP Sanglah Denpasar memang sedang berjuang melawan sakit yang dideritanya.
Rasa kasihan dan tidak tega kerap menghantui saat melihat bagaimana perjuangan mereka menahan sakit dimana ketika kanker mulai menggerogoti sel-sel yang ada dalam tubuhnya.
Hal itulah yang mendorong beberapa tim medis dan pengelola Yayasan Mc. Moran untuk melakukan kegiatan berdongeng ketika pasien anak-anak kanker sedang jenuh menjalani pengobatannya.
Raut wajah senang dan gembira pun tampak dari wajah manis anak-anak tersebut.
Baca juga: Poliklinik Komplementer RSUP Sanglah Gunakan Teknik Pengobatan Jarak Jauh untuk Pasien Covid-19
Salah satu perawat yang ikut membacakan dongeng untuk anak-anak yakni, Ns I Gusti Ayu Murdani,S.Kep yang juga selaku Penanggung Jawab ruang Pudak RSUP Sanglah.
Murdani mengatakan Ruang Pudak memang dikhususkan untuk ruang perawatan bagi anak-anak penderita kanker yang menjalankan kemoterapi.
Contohnya saja seperti penyakit kanker darah, mata, ginjal, dan tulang.
Total pasien anak yang dirawat di ruangan Pudak berjumlah 25 anak.
"Yang dirawat di ruang Pudak pasien-pasien anak penderita kanker yang menjalankan kemoterapi.
Tentu mereka prosesnya agak panjang dan lama karena ada yang sebelum kemoterapi perbaikan kondisi dulu dan ada yang dirawat inap agak lama hingga sebulan.
Dan dengan proses pengobatan yang cukup lama itu sangat membosankan," ungkapnya pada, Rabu 28 April 2021.
Selain mendongeng pihaknya juga memberikan terapi bermain dengan mewarnai atau membuat keterampilan dengan melipat kertas.
Terapi-terapi ini biasanya dilakukan pada hari Selasa dan Jumat.
Dan kebetulan ketika akan melakukan terapi, Yayasan Mc. Moran yang juga bekerjasama dengan RSUP Sanglah Denpasar ikut melakukan kegiatan tersebut.
Baca juga: Cerita Perawat Ambulans RSUP Sanglah, 11 Tahun Antar-Jemput, Sedih Lihat Pasien Tanpa Keluarga
Dan tujuan diadakannya kegiatan berdongeng dan terapi bermain adalah untuk menghibur anak-anak yang jenuh ketika melakukan perawatan kankernya.
Terlebih pada pasien anak yang baru saja melakukan perawatan agar tidak cemas.
Selain itu, juga pendekatan ini juga bertujuan agar ketika anak menjalankan perawatan menjadi kooperatif dengan perawat atau dokter yang merawatnya.
"Tujuan dongeng ini adalah untuk anak-anak disini yang dirawat kan banyak yang bosan. Yang baru-baru dirawat biasanya cemas dia makanya diruangan kita berikan terapi bermain, seperti mendongeng, mewarnai. Agar Mengurangi kecemasan dan kebosanan pada anak.
Dan ketika kita memberikan perawatan pada anak-anak agar anak bisa kooperatif dan bisa lebih dekat dengan kita.
Yang disampaikan disini biasanya dongeng yang bersifat motifasi supaya bersemangat dan kuat ketika menjalani pengobatan dan tidak cemas," paparnya.
Ketika sesi dongeng dilakukan, anak-anak tampak sangat bersemangat dan senang, saat beberapa perawat memberikan pertanyaan.
Terlebih diakhir pembacaan dongeng, anak-anak diberikan bingkisan yang isinya susu, biskuit dan beberapa roti yang boleh dikonsumsi oleh pasien anak-anak.
Dan terkait dengan hiburan membaca dongeng ini, Murdani berharap kedepannya agar semua perawat bisa lebih memperhatikan psikologis anak-anak yang dirawat.
Dan membuat anak-anak tersebut merasa dekat dengan perawat. Supaya anak-anak tidak cemas dan memudahkan tim medis untuk memberikan perawatan.
"Harapan kedepannya semoga semua perawat anak lebih memperhatikan psikologis anak-anak yang dirawat. Tidak hanya memberikan perawatan rutinitas itu saja namun juga memperhatikan psikologis anak-anak.
Baca juga: Begini Penanganan Pasien Terlantar di RSUP Sanglah, Tak Punya Identitas hingga Tak Punya Keluarga
Seperti dengan anak yang baru kan otomatis masih cemas, dan kita harus mendekatkan diri dengan anak tersebut agar ia tidak takut lagi dan menerima pengobatan selanjutnya.
Karena proses kemoterapi memang cukup panjang pengobatannya. Intinya buat anak agar dekat dengan kita selaku perawat," tutupnya.(*)
Artikel lainnya di Berita Bali