Hari Pendidikan Nasional
Jadi Guru di Nusa Penida, 10 Tahun Gede Jaya Hidup Jauh dari Keluarga
10 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi I Gede Jaya Adnyana (51), untuk mengabdi sebagai guru di Nusa Penida.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - 10 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi I Gede Jaya Adnyana (51), untuk mengabdi sebagai guru di Nusa Penida.
Ayah dari dua orang anak itu rela tinggal jauh dari keluarga, demi melaksanakan tugasnya mendidik dan mengajar anak-anak di Nusa Penida.
Gede Jaya Adnyana merupakan seorang guru asal Desa Busungbiu, Buleleng dan tinggal di wilayah Desa Peguyangan, Denpasar Utara, Denpasar, Bali.
10 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2010, ia diangkat menjadi guru berstatus PNS dan ditempatkan di SMP Negeri 2 Satap (Satap) di Desa Batukandik, Nusa Penida.
Baca juga: KISAH Ketut Wiku, Guru Kontrak yang Nyambi Jualan Baju Online, Gaji Sebulan Hanya Cukup untuk Makan
" Ketika itu pariwisata belum begitu berkembang di Nusa Penida seperti sekarang. Infrastruktur, terutama jalan masih sangat kurang," ujar Jaya Adnyana saat dihubungi, Minggu 2 Mei 2021.
Selama mengajar di Nusa Penida, Gede Jaya Adnyana harus tinggal kos di Wilayah Sampalan, Desa Batununggul.
Di masa awal betugas di Nusa Penida, setiap harinya ia harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit, untuk bisa mengajar ke SMP Negeri 2 Satap Batukandik.
" Pada tahun-tahun pertama saya di Nusa Penida, infrastruktur jalan masih sangat kurang. Jalan masih banyak rusak, sehingga butuh waktu dan tenaga ekstra untuk ke wilayah Dungkap, di Desa Batukandik," jelasnya.
Baca juga: Kisah Perjuangan Pramaartha untuk Bisa Jadi Guru Kontrak, Butuh Waktu 11 Tahun
Pada tahun 2015, ia lalu dimutasi ke SMP N Satap di Desa Pejukutan, dan mengajar sebagai guru IPA di sekolah tersebut sampai saat ini.
Pengabdiannya sebagai guru di Nusa Penida yang secara geografis terpisah dengan Pulau Bali, membuatnya harus rela jauh dengan keluarga.
Selama 10 tahun ini, Jaya Adnyana sering kali hanya bisa berkumpul sengan keluarga seminggu sekali atau saat akhir pekan.
" Saya pulang ke Denpasar bertemu dengan keluarga itu saat akhir pekan. Sabtu pagi menyebrang ke Bali dengan boat, lalu Senin pagi-pagi sekali sudah menyebrang ke Nusa Penida," jelasnya.
Kondisi ini membuatnya tidak bisa intens secara langsung membimbing anak-anaknya yang mulai tumbuh dewasa.
Beruntung saat ini teknologi dan infrastruktur komunikasi di Nusa Penida sudah semakin berkembang, sehingga dirinya tetap bisa bekomunikasi dengan keluarga secara intens.
Baca juga: Vaksinasi Tiga Kawasan Menuju Zona Hijau Sudah Tuntas, Selanjutnya Sasar Lansia dan Guru di Tabanan
" Walaupun jauh, komunikasi dengan keluarga tentu tidak terputus. Anak-anak saya juga sekarang sudah mulai bisa mandiri. Kalau berbincang sama istri, juga biasanya tanya perkembangan anak-anak," ungkapnya.