Makna Tattwa dalam Lima Dasar Menerapkan Dharma di Hindu

Manawa Dharmasastra VII, menerangkan bahwa sepuluh penerapan Hindu agar sukses (Dharma Sidhyartha) harus didasarkan pada lima dasar pertimbangan.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: M. Firdian Sani
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Makna Tattwa dalam Lima Dasar Menerapkan Dharma di Hindu 

Dalam Chandogya Upanisad, umat Hindu penganut Weda dianjurkan melakukan pemujaan tiga kali sehari.

Yaitu saat pagi hari, siang hari, dan sore hari (sandhya dina). Sembahyang pagi untuk memperkuat Sattwam. Karena waktu pagi disebut Sattwika Kala.

Baca juga: Bagaimana Orang Hindu Bali Harus Menyikapi Seseorang yang Lahir Melik Atau Indigo?

Kemudian sembahyang siang, guna mengendalikan sifat Rajas.

Sedangkan sembahyang sore untuk mengendalikan sifat Tamas.

Makanya dalam Hindu dikenal lah hingga saat ini adanya Tri Sandhya. 

Yang terakhir adalah Tattwa, atau hakekat kebenaran Weda yang kekal abadi.

Semuanya tidak boleh menyimpang dengan hakekat kebenaran Weda itu.

Kebenaran Weda tertinggi adalah Satya. 

Baca juga: Ini Makna Penjor dan Rangkaian Perayaan Hari Suci Galungan Dalam Hindu Bali

Dalam Slokantara 2, disebutkan Satya lebih tinggi nilainya dari seratus suputra (anak yang utama).

Kemudian seorang suputra lebih tinggi nilainya, dari seratus kali berupacara yadnya. 

Yadnya tidak hanya berarti upacara agama semata.

Dalam Bhagawad Gita III, 9 disebutkan bahwa pekerjaan itu dilakukan sebagai yadnya dan untuk yadnya.

Bahkan dana punia pun tergolong yadnya. 

Sehingga disebutkan dalam sloka 31, Bhagawad Gita adalah orang yang baik.

Adalah orang yang memakan sisa-sisa dari yadnya.

Kemudian yadnya yang paling utama adalah yadnya ilmu pengetahuan atau Jnana Yadnya.

Berbakti kepada pandita pun adalah yadnya. (*)

Ikuti berita terkini Tribun Bali

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved