Berita Bali
Terkait Penambahan Plafon KUR, Ekonom INDEF Prediksi Pertumbuhan UMKM Mencapai 2 Hingga 3 Persen
Bhima Yudhistira, menilai dengan adanya kenaikan plafon pinjaman KUR, diharapkan mendorong penyaluran pinjaman baru
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, menilai dengan adanya kenaikan plafon pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan dari angka Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta serta diperpanjangnya subsidi bunga sebesar 3 persen hingga Desember 2021, diharapkan mendorong penyaluran pinjaman baru khususnya pada segmen kecil dan menengah, serta dapat berpengaruh utamanya untuk para UMKM.
Menurutnya, hal tersebut mengingat banyaknya UMKM yang mulai berusaha kembali dan butuh suntikan modal.
Meskipun begitu, dirinya menyebut bahwa adapun tantangan lainnya, yakni ada pada kesiapan Bank penyalur KUR.
Misalnya, terkait mitigasi risiko kredit sehingga lebih selektif dalam pemilihan calon debitur baru dan kemudian akan selektif berdasarkan sektoral.
Baca juga: Plafon KUR Resmi Naik, Kadis Koperasi dan UKM Bali Harapkan Ada Pertumbuhan UMKM
“Masalah KUR terutama adalah mendorong pembiayaan ke sektor UMKM produktif sehingga dampak penciptaan lapangan kerja dan pemulihan ekonomi lebih besar. Sektor pertanian misalnya, terbukti memiliki ketahanan selama masa pandemi dengan catatan NPL di bawah 3 persen,” kata Bhima Yudhistira ketika dihubungi Tribun Bali, Senin 10 Mei 2021 siang.
Ia menambahkan bahwa sektor industri kecil dan kreatif perlu mendapat prioritas KUR.
“Kontribusi UMKM mencapai 97 persen dari total tenaga kerja. Harapannya ekonomi tahun ini dengan support pinjaman UMKM bisa tumbuh 2-3 persen,” ungkapnya.
Ketika disinggung mengenai langkah pemerintah yang tetap membuka pariwisata Bali pada bulan Juni hingga Juli mendatang, Bhima Yudhistira pun menyarankan agar hal tersebut ditunda dulu, mengingat terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara, seperti misalnya di India dan negara lainnya.
“Atau solusi travel bubble bisa dijalankan dengan pengecualian dari negara yang kasus positifnya tinggi, misalnya India,” sebutnya.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya pun memprediksi bahwa pemulihan ekonomi mulai berjalan di Kuartal ke II dengan estimasi pertumbuhan positif 1 hingga 2 persen.
Dirinya pun berpesan kepada masyarakat yang sebelumnya menggeluti dunia pariwisata agar dalam menunggu pariwisata dibuka kembali secara resmi agar sebaiknya memiliki bisnis atau pendapatan sampingan, seperti misalnya berjualan barang khas daerah secara online.
Baca juga: Sasar Ibu-Ibu, Dinas Koperasi Kodya Denpasar dan BCC Gelar Pelatihan UMKM
“Sehingga meskipun wisatawan rendah, tapi momentum Lebaran bisa mendorong penjualan barang khas daerah di marketplace. Sekarang barang di Bali bisa dijual sampai Jakarta bahkan ada yang sampai Medan. Berikutnya adalah ajukan perpanjangan relaksasi pinjaman ke Bank atau lembaga keuangan. Lalu, lakukan efisiensi di segala lini. Sebagai contoh menjual aset yang kurang produktif, itu tidak masalah yang penting ada uang cash untuk survive dulu,” jelas Bhima Yudhistira.(*).
Kumpulan Artikel Bali