Berita Jembrana
Tidak Hanya Soal Formula 1, Ini Pemaparan Bupati Tamba Angkat Potensi Jembrana
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba serius dalam menggarap potensi yang ada di Jembrana, Bali.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Bupati Jembrana, I Nengah Tamba serius dalam menggarap potensi yang ada di Jembrana, Bali.
Bahkan, beberapa hari lalu saat kunjungan Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, ada rencana pembangunan sirkuit Formula-1 di Jembrana, yang akan dibangun di lahan Perusda Provinsi Bali berada di kawasan Perkebunan Sangiang, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya.
Bertemu dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, warga asli Desa Kaliakah itu pun menyampaikan potensi besar di Kabupaten Jembrana.
Pendek kata, tidak hanya Formula-1 yang bisa digarap.
Baca juga: Berbekal Status Juara Formula 2, Anak Michael Schumacher Layak Berada di F1
Meskipun, seiring dengan adanya pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, maka sirkuit menjadi rencana strategis pemerintah pusat.
Dihadapan Menparekraf RI, Sandiaga Uno, Bupati Tamba menjelaskan berbagai potensi wisata dimiliki Jembrana.
Diantaranya wisata otomotif, penataan kawasan Teluk Gilimanuk, wisata religi, wisata budaya termasuk rencana pengembangan sirkuit all in one di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara.
Karakteristik Bumi Makepung (sebutan Kabupaten Jembrana), berbeda dengan daerah di Bali lainnya yang sudah lebih terkenal sektor wisatanya.
"Jembrana ini beda karena penduduknya lebih heterogen. Demikian pula budayanya. Majemuk dan saling melengkapi, rukun berdampingan. Selain alamnya, kita juga ada wisata rohani dari berbagai agama," paparnya.
Bupati Tamba menyadari di tengah keterbatasan PAD Jembrana, potensi itu bisa dimaksimalkan lagi.
Karena itu ia berharap pusat ikut membantu.
Kawasan Teluk Gilimanuk, misalnya saja. Potensinya luar biasa sebagi pintu masuk Bali.
Namun perlu dipoles lagi agar lebih mencirikan Bali.
Bahkan, Jembrana juga punya jalur alami yang bisa dijajal pecinta offroad.
Mulai dari jalur sedang sampai ekstrem. Belum lagi dengan budaya mekepung yang satu-satunya di Bali.