Berita Bangli
Harga Cabai di Bangli Anjlok Dalam Dua Bulan, Purnawirawan: Beli 10 Kilo Tiga Hari Belum Habis
Setelah sempat meroket hingga menyentuh angka Rp. 120 ribu pada bulan Maret, harga cabai di pasaran kini menyusut drastis.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Setelah sempat meroket hingga menyentuh angka Rp. 120 ribu pada bulan Maret, harga cabai di pasaran kini menyusut drastis.
Anjloknya harga cabai disinyalir akibat kelebihan pasokan dari luar Bangli.
Seperti diungkapkan, Ni Ketut Sutriani saat ditemui Senin 31 Mei 2021.
Kata dia, dari sejumlah kebutuhan pokok, harga yang paling anjlok adalah cabai rawit merah dan cabai merah besar.
Sutriani mengungkapkan, anjloknya harga cabai rawit merah terjadi sejak dua bulan terakhir.
Di mana pada bulan Maret sempat menyentuh angka Rp. 120 ribu per kilo.
• Produksi Cabai Rawit di Karangasem Naik Selama Pandemi
• Jelang Idul Fitri, Harga Telur dan Cabai Rawit di Badung Sedikit Naik, Sisanya Stabil
“Dari sejak saat itu berangsur-angsur harganya terus mengalami penurunan. Dua minggu lalu harga cabai rawit merah masih Rp. 40 ribu per kilo, sekarang sudah Rp. 30 ribu per kilo,” ucapnya.
Menurut Sutriani, anjloknya harga cabai dikarenakan saat ini telah memasuki musim panen.
Sehingga banyak pasokan cabai yang beredar dari Kabupaten lain, maupun dari petani di Bangli.
Selain cabai rawit merah, harga cabai besar juga anjlok dalam lima hari terakhir.
Dari semula Rp. 25 ribu per kilo, saat ini hanya Rp. 18 ribu per kilo.
“Sebelumnya sempat menyentuh harga Rp. 40 ribu per kilo. Saat itu bersamaan dengan naiknya harga cabai rawit pada bulan Maret,” katanya.
Pedagang lainnya Bernama Dewa Purnawirawan juga mengalami hal serupa. Ucapnya, tak hanya harga cabai rawit merah, harga cabai rawit hijau juga anjlok.
Di mana saat ini, hanya Rp. 15 ribu per kilo.
“Ini turun sudah seminggu. Awalnya dari harga Rp. 20 ribu per kilo. Kemungkinan karena banyak pasokan cabai yang masuk ke Bangli. Karena pasokan biasanya hanya dari Klungkung,” ucapnya.