Human Interest Story

Gantikan Suami yang Tumor, Suka Duka Kadek Rita Jadi Tukang Parkir di Denpasar, Dapat Rp800 Sebulan

Kadek Rita, terlihat sibuk mengatur keluar masuk mobil maupun motor di tempat parkiran sebuah supermarket di Kawasan Gatot Subroto Timur, Denpasar

Penulis: Rizal Fanany | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Rizal Fanany
Kadek Rita, terlihat sibuk mengatur keluar masuk mobil maupun motor di tempat parkiran sebuah supermarket di Kawasan Gatot Subroto Timur, Denpasar, Jumat 9 Juli 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kadek Rita, terlihat sibuk mengatur keluar masuk mobil maupun motor di tempat parkiran sebuah supermarket di Kawasan Gatot Subroto Timur, Denpasar, Bali, Jumat 9 Juli 2021. 

Tak segan ia memecah keramaian jalan agar kendaraan yang dituntunnya bisa menyeberang dengan aman. 

Mengenakan topi jerami yang di dalamnya diberi handuk agar keringat tidak terlalu mengucur deras di bawah teriknya sinar matahari.  

Wanita bertubuh mungil ini mengatakan sudah tiga setengah bulan bekerja sebagai juru parkir menggantikan suaminya.

Baca juga: Minimalisir Mobilitas Masyarakat, 7 Pos Sekat Diberlakukan di Denpasar

“Saya sudah tiga setengah bulan bekerja sebagai juru parkir di sini menggantikan suami,” katanya.

Juru parkir cantik ini menceritakan menggantikan peran suami karena sudah 7 bulan sang suami tidak bisa bekerja akibat mengidap tumor.

“Suami saya kena tumor di hidung dan menjalar ke matanya. Sudah dari Maret lalu tidak bisa melihat. Jadi saya menggantikan posisinya daripada diambil orang lain, lagi pula jam kerjanya hanya sebentar. Awalnya suami tidak tega, tapi saya tetap jalani,” jelasnya.

Hingga kini suaminya masih menjalani proses pengobatan. Agar tetap bisa menjalani pengobatan ia tetap harus giat bekerja. 

Baca juga: Terkait Pemadaman Lampu Penerangan Jalan, Walikota Denpasar: Tetap Kami Hidupkan

"Sekarang masih tidak bisa melihat. Sudah berobat herbal dan terapi, sudah dijadwalkan operasi akhir Juli atau pertengahan Agustus,” ungkap wanita asal Karangasem ini. 

Wanita yang sebelumnya bekerja di salah satu garmen di Canggu ini juga menghidupi 2 anak dan mertua. 

Ia memaparkan bekerja menjadi juru parkir hanya dapat mengantongi 800- 850 ribu sebulan. 

" Rata- rata 800- 850 ribu sebulan. Sebenarnya kurang, tapi saya berusaha cukup-cukupi saja. Biasanya saya juga dapat lebihnya kalau target harian tercapai, jadi dengan uang lebih sehari-hari itu saya kumpulkan, gunakan untuk biaya berobat suami saya, jajan anak-anak, dan untuk makan,” paparnya. 

Baca juga: Robi Hanya Bisa Pasrah, Patuhi Aturan Pemerintah, Meski Nasi Jinggo Laku 10 di Denpasar

Tak ada sedikitpun rasa malu ketika menjadi juru parkir, hanya saja ia masih canggung dan bingung cara mengatur kendaraan yang akan diparkir. 

"Malu sih tidak, karena waktu Maret lalu sedih lihat anak-anak tidak bisa jajan, bahkan nyari uang Rp200 saja susah. Jadi saya pikir buanglah gengsi, ngapain juga malu lagian tidak mencuri. Cuma masih canggung dan bingung karena tidak tahu arah mobil,  Lalu diajari suami gimana caranya mengatur kendaraan,” ungkapnya. 

Ia sempat disarankan untuk beralih profesi dan mencari pekerjaan lain. Setelah ia pertimbangkan pekerjaan menjadi juru parkir saat ini tepat baginya.

"Dulu sempat disarankan untuk mencari kerjaan lain yang lebih baik, setelah saya pertimbangkan saya tetap kerja ini aja soalnya jam kerjanya singkat kalau ada hal mendesak di rumah bisa segera pulang karena lokasi rumah dekat dengan tempat kerja," Imbuhnya. 

Baca juga: Tanpa Tujuan Jelas, Puluhan Kendaraan Diputar Balik Saat Melewati Pos Penyekatan Biaung Denpasar

Ia mengisahkan bekerja menjadi juru parkir banyak dari pengendara yang mengira ia adalah laki-laki.

Setelah tahu yang sebenarnya, tidak sedikit yang berusaha menggodanya. Bahkan ada yang sampai bolak-balik parkir hanya untuk iseng menggodanya. 

“Banyak yang mengira dulu saya laki, setelah tahu saya perempuan ada banyak yang menghoda, bahkan dulu ada yang bilang, jangan jadi juru parkir, jadi istri saya saja,” kisahnya

Rita mengungkapkan pekerjaanya tidak ada hari libur.

"Tidak ada libur, kerja setiap hari karena tokonya kan buka setiap hari. Kalau ada renovasi dan sejenisnya baru libur, dan kalau ada keperluan keluarga atau urusan lain bisa minta libur," ungkapnya.

Saat bekerja ia mendapatkan shift siang, yakni pukul 13.00 - 18.00 wita. Tantangan yang ia hadapi harus berpanas-pansan melawan terik matahari. 

“Pernah sih saat lagi ngedrop saya merasa capek, tapi dijalani saja toh hanya 5 jam cepat. Pernah sampai haus banget, pengen ke kamar kecil tapi takut ditinggal karena lumayan bisa hilang Rp5 ribu sampai Rp10 ribu apalagi pas sedang ramainya sekitar pukul 16.00 sampai 18.00 Wita,” bebernya.

Selama tiga setengah bulan bekerja ada suka duka yang dialami. Terkadang pengendara membayar lebih biaya parkir, adapula pengendara yang tidak bayar parkir. 

"Kalau suka dukanya ada terkadang pengendara memberikan uang lebih, tapi ada juga beberapa pengendara setelah dibantu justru tidak membayar sama sekali. Bahkan, ada yang melempar uangnya begitu saja ke jalanan."

"Mungkin mereka buru-buru atau bagaimana, jadi uangnya dilempar. Ya sudahlah saya pungutin kalau di jalan lagi sepi, kalau masih ramai saya biarin". Ucapnya. 

Wanita paruh baya ini mengaku merasa ada  gangguan pernapasan karena aktivitas yang padat dan meniup peluit secara terus menerus hingga nafasnya ngos-ngosan. 

"Sepertinya ada gangguan pernapasan. Ya gimana tiap hari tiup peluit, kendaraan yang keluar masuk juga banyak. Saat mau tidur saya mengonsumsi obat agar esok siangnya bisa tetap bekerja. Saya juga memotivasi diri saya sendiri agar tetap sehat dan bisa mengurus suami serta anak-anak," tuturnya.

Ia berharap ada donatur atau relawan yang bisa membantu suaminya.  

“Saya berharap ada donatur atau relawan yang bisa membantu suami saya. Kalau untuk anak-anak saya pelan-pelan saya perjuangkan,” tambahnya. (*)

Artikel lainnya di Human Insterest Story

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved