Serba serbi

Mitologi Saraswati dan Hakekat Kebodohan Dalam Kisah Hindu

Perayaan hari suci Saraswati bukan hanya perayaan untuk anak sekolah. Namun hari suci ini memiliki makna yang sangat utama, di dalam kehidupan umat

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Kitab Sarasamuccaya sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan selain buku lainnya yang biasanya diupacarai saat Saraswati. 

Bhagawan Wrehaspati membantu Dewa Wisnu, dengan menyelidiki kelemahan Watugunung.

Kemudian diutuslah Sang Lumanglang, untuk menyelidikinya. Sang Lumanglang berubah menjadi laba-laba dan masuk ke peraduan Sang Watugunung. Di sanalah ia mendengar obrolan Sang Watugunung dengan Dewi Sinta, sekaligus mengetahui kelemahannya. 

Keesokan harinya, Sang Watugunung kembali datang bersama bala pasukan prajuritnya untuk menyerbu Dewa Wisnu ke Wisnuloka. Di sinilah Dewa Wisnu bertriwikrama menjadi kura-kura lalu menyerang Watugunung.

Hingga tepat pada Minggu Kliwon, Sang Watugunung terbunuh dan mayatnya jatuh ke bumi. Maka dikenallah hari itu sebagai hari Watugunung Runtuh. 

Namun karena kasihan, Dewa Siwa memohon dan menghidupkan kembali Watugunung.

Dewa Wisnu bersedia menghidupkan kembali, asal diturunkan derajatnya menjadi urutan terakhir di dalam pawukon (wuku).

Dan setiap 210 hari sekali, ia akan mati atau runtuh. Dari sinilah, Dewa Siwa bersadba bahwa seterusnya tidak boleh menikah dengan anak kandung dan tidak boleh menikahi istri orang lain. Apabila dilanggar neraka akibatnya. 

Tepat pada Sabtu Umanis, para dewa mulai menyusun nama-nama raja yang telah dikalahkan Watugunung untuk menjadi wuku yang jumlahnya 30 wuku. Mulai dari Sinta, Landep, hingga berakhir di Wuku Watugunung.

Dari sini pula muncul ilmu pengetahuan tentang hari baik (dewasa), perpaduan antara wuku dengan Pancawara, Saptawara, dan wewaran lainnya. Serta dikenal pula sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan melalui sinar suci Dewi Saraswati. 

Untuk mencerahkan hidup umat manusia melalui ilmu pengetahuan agama dari Weda.

Sehingga umat manusia mampu membedakan baik dan buruk, mampu memilahnya agar terhindar dari dosa dan karma buruk.

Kekalahan Watugunung adalah simbol dari hilangnya kebodohan, lalu kemudian diisi dengan ilmu pengetahuan dari Dewi Saraswati sebagai salah satu manifestasi Tuhan. (*)

Artikel lainnya di Serba serbi

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved