Berita Bali
Petani Luruskan Hoaks Porang, Ketua Forum Petani Muda Bali: Harapan Kami Porang Bisa Diekspor
PPN bersama dengan BNI membuka kegiatan pelatihan yang bertajuk 'Olah Porang Jadi Cuan, Petani Porang Bukan Porang-porang Sembarangan'.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Porang atau Iles-iles adalah tanaman penghasil umbi yang dapat dikonsumsi.
Namun belakangan beredar hoaks porang tidak bisa dikonsumsi sehingga menimbulkan keraguan dari para petani untuk menggarap porang maupun mengonsumsinya.
Mengklarifikasi isu tersebut, Petani Porang Nusantara (PPN) bersama dengan BNI membuka kegiatan pelatihan yang bertajuk 'Olah Porang Jadi Cuan, Petani Porang Bukan Porang-porang Sembarangan'.
Pelatihan tersebut dilaksanakan di Gedung Kanwil Bank BNI Renon, Denpasar, Bali, belum lama ini dengan peserta offline yang terbatas.
Baca juga: Kunjungan ke Cirebon, Menteri BUMN Apresiasi PLN Dukung 8 Ribu UMKM Hadapi Pandemi
Ketua Forum Petani Muda Bali, Anak Agung Gede Agung Wedhatama menjelaskan, tanaman Porang saat ini menjadi komoditas ekspor yang cukup dicari oleh banyak negara.
Kata dia nilai ekspornya fantastis, banyak manfaat untuk kesehatan yang ada pada umbi porang ini.
"Kedepannya harapan kami porang bisa diekspor tidak dalam bentuk bahan mentah, tapi minimal bahan setengah jadi (tepung) atau bahkan bahan jadi seperti beras, makanan, dan sebagainya," ungkapnya pada, Minggu 29 Agustus 2021.
Peserta pelatihan datang berbagai kabupaten di seluruh Bali.
Mereka ingin belajar dan mengetahui lebih dalam apa itu tanaman porang, bagaimana cara budidayanya, bagaimana mendapatkan bibitnya serta bagaimana cara pengolahannya menjadi makanan yang siap di konsumsi langsung oleh masyarakat.
Selama ini tanaman porang tidak bisa dimakan secara langsung karena dikenal dapat menyebabkan gatal pada saat dikonsumsi.
Wedha memaparkan tantangan besar ketika akan memutuskan untuk menjadi petani porang.
"Tantangan besar pertanian porang adalah isu porang yang hanya bisa dijual ke pabrik lalu di ekspor dalam Raw Material atau Chips. Porang diviralkan tidak dapat dikonsumsi, kondisi ini merupakan ancaman untuk para petani dalam development budidaya di hulu dan pasar menjadi sangat sempit. Kapitalisasi dengan mudah dapat terjadi dan itu membahayakan petani," papar dia.
Peserta Pelatihan pun ikut melaksanakan praktek pengolahan porang dari umbi hingga menjadi produk tepung yang selanjutnya diolah menjadi spring roll porang, nasi porang, rendang porang dan cendol porang.
Peserta langsung bisa mencicipi dan mengkonsumsi langsung olahan porang yang sudah matang.
Baca juga: Wali Kota Jaya Negara Hadiri Webinar Transformasi Digital UMKM Denpasar
Merangsang UMKM Kuliner