Bisnis
Jual Simbar, Agus Triyana Bisa Raup Omzet Rp 8 Juta Sebulan, Penjualan Naik 30 Persen Selama Pandemi
Agus memanfaatkan halaman rumahnya seluas 1 are yang berada di kawasan Jalan Siulan, Desa Penatih, Denpasar untuk membudidayakan tanaman tropis ini
Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi Covid-19 ternyata berdampak positif bagi penjualan tanaman hias jenis simbar atau Platycerium.
Dimana kenaikan penjualan mencapai 30 persen dibandingkan hari biasa.
Hal tersebut dialami oleh penghobi sekaligus pembudidaya simbar, Agus Triyana (37).
“Karena saat pandemi kebanyakan orang berdiam diri di rumah, akhirnya salah satu cara untuk menghilangkan kebosanan dengan merawat tanaman, makanya penjualan simbar ini ikut naik,” kata Agus saat ditemui, Rabu 1 September 2021 sore.
Baca juga: Tanaman Rosela Menjanjikan di Tengah Pandemi, Seminggu Kantongi Rp600 Ribu untuk 12 Are
Agus memanfaatkan halaman rumahnya seluas 1 are yang berada di kawasan Jalan Siulan, Desa Penatih, Denpasar untuk membudidayakan tanaman tropis ini.
Lelaki dengan banyak hobi ini, mulai membudidayakan simbar sejak tiga tahun lalu yang berawal dari coba-coba dan kecintaannya terhadap tanaman.
Kemudian dirinya pun mulai serius sejak dua tahun lalu setelah tahu jika dari budidaya simbar ini dirinya bisa menghasilkan cuan yang lumayan.
Dari berjualan secara konvensional yakni pembeli datang ke rumahnya, kini dirinya memanfaatkan media sosial untuk berjualan.
Pembelinya pun tak hanya dari Bali, beberapa waktu lalu bahkan simbarnya terjual hingga ke Makassar.
Satu simbar ini, ia jual dengan harga bervariasi, dimana untuk bibit yang berusia 3 bulan dijual Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu sesuai dengan jenisnya.
Sementara untuk yang sudah berukuran cukup besar dirinya menjual seharga Rp 250 ribu hingga jutaan rupiah.
Bahkan untuk satu simbar jenis kultumi dari Australia dijual dengan harga Rp 7 juta.
Dengan menjual simbar ini, dalam sebulan dirinya bisa meraup omzet hingga Rp 8 juta.
Ini baru dari simbar saja, dan belum dari jenis tanaman lain serta reptil yang ia budidayakan.
Baca juga: Menjanjikan untuk Pasar Ekspor, Petani di Bangli Mulai Beralih Budidaya Tanaman Porang