Berita Klungkung
Kulkul Pejenengan Puri Agung Klungkung Diyakni Pembawa Pesan Akan Terjadinya Peristiwa Besar
Kulkul Pejenengan Puri Agung Klungkung selama ini menjadi pusaka yang disakralkan oleh masyarakat
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Kulkul Pejenengan Puri Agung Klungkung selama ini menjadi pusaka yang disakralkan oleh masyarakat.
Diyakini kulkul itu bisa berbunyi dengan sendirinya, dan menandakan suatu peristiwa besar akan terjadi.
Suasana di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, Bali, nampak lenggang, Senin 4 Oktober 2021.
Gerbang gapura untuk masuk ke utama pura tampak masih ditutup rapat.
Dari pelataran pura terlihat dua Kulkul Pejenengan (pusaka) yang berbalut kain kuning.
Baca juga: Sebelum Peristiwa Ini Terjadi, Ida Dalem Pernah Mendengar Suara Kulkul Pura Pejenengan
Kulkul itu berpasangan, atau biasa dikenal kulkul lanang (laki-laki), dan kulkul istri (wanita).
Jero Mangku Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, I Nyoman Sastrawan menceritakan.
Kulkul itu memiliki kisah panjang dalam perjalanan Kerajaan Klungkung.
Berdasarkan cerita turun-menurun, kedua kulkul itu sudah ada sejak zaman Majapahit.
Dan kedua kukul itu berasal dari Blambangan, Jawa Timur.
Konon pada zaman dahulu, pohon silagui memiliki ukuran besar, hingga batangnya dapat dibuat kulkul.
"Kulkul ini diyakini berbahan kayu silagui.
Kalau sekarang kan pohon silagui ini kecil-kecil, dan tidak lebih dari 15 cm," ungkapnya.
Kedua kulkul ini dikisahkan sudah berada di Bali pada zaman Kerajaan Samprangan, sampai diwariskan ke era Kerajaan Gelgel.
Sampai akhirnya pada zaman kerajaan Klungkung, terjadi perang puputan Klungkung tahun 1908.
Baca juga: Kisah Kulkul Pejenengan Puri Agung Klungkung, Jika Berbunyi Sendiri Tanda Tak Baik Ini Bakal Terjadi
Kerajaan Klungkung pada masa itu porak-poranda.
Hngga warga menyelamatkan kulkul pusaka itu untuk dibawa ke Pura Dalem Kresek.
"Suasana Klungkung kondusif pasca perang.
Namun suatu ketika keluarga puri banyak mengalami kabrebehan seperti sakit.
Setelah diminta petunjuk niskala, bahwa kulkul itu harus kembali ke Puri Agung Klungkung," ungkapnya.
Setelah dilakukan pembicaraan, tahun 1970 kulkul itu kembali dibawa ke Puri Agung Klungkung.
" Keyakinan masyarakat, jika kulkul ini bersuara berarti pertanda suatu peristiwa besar," jelasnya.
Hal yang paling dikenal dan diingat, yakni ketika kulkul itu diyakini bersuara tanpa ada yang memukulnya pada tahun 2002 silam.
Itu diyakini sebagai petunjuk niskala, yang dikaitkan dengan Bom Bali.
Lalu pada tahun 2017 lalu, banyak juga pihak yang meyakini suara kulkul ini kembali bersuara.
Dan dikaitkan dengan peristiwa erupsi Gunung Agung.
(*)