Tips Kesehatan

Selalu Khawatir Apakah Pintu Sudah Terkunci Saat Keluar Rumah? Bisa Jadi OCD, Simak Penjelasannya

Memiliki OCD dapat cukup merepotkan dan berdampak pada keseharian secara signifikan. Namun, pengobatan dapat membantu mengendalikannya.

pixabay.com
Ilustrasi - kecemasan sosial. 

TRIBUN-BALI.COM - Tribunners pernah mendengar gangguan kesehatan mental OCD?

OCD adalah singkatan dari Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder merupakan kondisi kesehatan mental umum untuk menggambarkan seseorang yang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.

OCD dapat menyerang siapa saja dari pria, wanita, Remaja ataupun anak-anak.

Seringkali, gejala OCD berawal sekitar pubertas. Namun, dimulai pada awal masa dewasa.

Baca juga: Tips Berpikir Positif untuk Mengatasi Kecemasan

Memiliki OCD dapat cukup merepotkan dan berdampak pada keseharian secara signifikan.

Namun, pengobatan dapat membantu mengendalikannya.

Gejala

Gangguan obsesif-kompulsif dapat mencakup obsesi dan kompulsif, tapi mungkin juga seseorang hanya memiliki gejala obsesi atau kompulsi.

Seseorang dengan gejala ini mungkin tidak menyadari bahwa tingkat obsesi dan kompulsi yang dilakukannya berlebihan atau tak masuk akal.

Baca juga: Punya Anxiety Disorder ? Lakukan 6 Cara Mudah ini Untuk Mengontrol Kecemasan

Sikap obsesi dan kompulsi ini dapat menghabiskan banyak waktu hingga menggangu rutinitas keseharian.

Obsesi

Obsesi dalam OCD adalah pikiran, desakan, atau gambaran yang berulang terus-menerus dan tidak diinginkan yang mengganggu dan menyebabkan keresahan dan kecemasan.

Seseorang dengan gejala obsesi akan mencoba untuk mengabaikan atau menyingkirkan pikiran tersebut dengan perilaku atau "ritual" kompulsif.

Umumnya, obsesi akan mengganggu saat penderitanya sedang mencoba memikirkan atau melakukan hal lain.

Baca juga: Punya Anxiety Disorder ? Lakukan 6 Cara Mudah ini Untuk Mengontrol Kecemasan

Melansir Mayo Clinic, obsesi biasanya memiliki tema, seperti:

  • takut kontaminasi dan kotoran
  • meragukan diri sendiri atau orang lain dan kesulitan menoleransi ketidakpastian
  • Menginginkan hal di sekitarnya teratur dan simetris
  • pikiran agresif tentang kehilangan kendali dan melukai diri sendiri atau orang lain
  • pikiran yang tidak diinginkan, termasuk agresi, atau subjek seksual atau agama.

Contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:

  • takut terkontaminasi dengan menyentuh benda-benda yang telah disentuh orang lain
  • keraguan jika telah mengunci pintu atau mematikan kompor
  • stres intens saat objek tidak diletakkan sesuai arah atau pada tempat tertentu
  • keresahan saat membayangkan mengendarai mobil ke kerumunan orang
  • pikiran terkait meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum
  • gambaran seksual yang tidak menyenangkan menghindari situasi yang dapat memicu obsesi, seperti menjabat tangan dengan orang lain.

Kompulsi

Kompulsi pada OCD adalah perilaku berulang yang membuat seseorang merasa terdorong untuk melakukannya.

Tingkah ini dilakukan berdasarkan kecemasan terkait obsesi yang dirasakan.

Baca juga: Kenali 5 Cara untuk Mengelola Stres dan Kecemasan Selama Pandemi Covid-19 

Namun, kompulsi tidak membawa kesenangan dan hanya menawarkan bantuan sementara dari kecemasan yang timbul.

Sama seperti obsesi, kompulsi memiliki tema, seperti:

  • mencuci dan membersihkan
  • memeriksa ulang segala sesuatu beberapa kali
  • menghitung ulang segala sesuatu beberapa kali
  • tertib dan tegas
  • mengikuti rutinitas dengan ketat
  • menuntut kepastian dari orang lain.

Contoh tanda dan gejala kompulsi meliputi:

  • mencuci tangan hingga kulit terasa bersisik
  • memeriksa pintu beberapa kali untuk memastikannya sudah terkunci
  • memeriksa kompor beberapa kali memastikannya mati
  • menghitung dalam pola tertentu
  • diam-diam mengucapkan doa, kata, atau frasa
  • mengatur barang dalam letak tertentu.

Penyebab

Belum diketahui secara pasti penyebab OCD. Stres dapat memperburuk gejala yang timbul.

Selain itu, OCD umumnya lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria dan sering muncul pada remaja atau dewasa muda.

Faktor risiko OCD, meliputi:

  • orang tua, saudara kandung, atau anak dengan OCD
  • perbedaan fisik di bagian tertentu pada otak
  • depresi, kecemasan, atau tic (gangguan yang membuat penderitanya melakukan gerakan atau ucapan berulang yang di luar kendali)
  • pengalaman dengan trauma
  • riwayat kekerasan fisik atau seksual sebagai seorang anak.

Seorang anak terkadang mengalami OCD setelah terserang infeksi streptokokus.

Kondisi ini merupakan gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus atau PANDAS.

Diagnosis

Orang dengan OCD umumnya enggan mencari bantuan karena merasa malu.

Jika Anda mengalami gejala OCD, tidak perlu malu untuk mendapatkan bantuan.

OCD adalah kondisi kesehatan yang sama seperti kondisi lainnya.

Terdapat dua cara utama untuk mendapatkan bantuan:

  • rujuk diri kepada psikolog
  • temui dokter umum agar dapat dirujuk ke psikolog

Dengan penanganan, OCD dapat berangsur membaik gejalanya.

Perawatan

Orang dengan OCD menerima pengobatan untuk memperbaiki kualitas hidup dan peningkatan fungsi.

Pilihan penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan obat-obatan atau terapi.

Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif dapat membantu mengubah pola berpikir. Dokter akan menempatkan penderita dalam situasi yang dirancang untuk menciptakan kecemasan atau memicu kompulsi.

Kemudian, diarahkan untuk mengurangi dan kemudian menghentikan pikiran atau tindakan OCD.

Relaksasi

Hal-hal sederhana seperti meditasi, yoga, dan pijat dapat membantu mengatasi gejala OCD yang memicu stres.

Pengobatan

Obat psikiatri tertentu dapat banyak orang mengendalikan obsesi dan kompulsi

Dibutuhkan sekitar 2 hingga 4 bulan untuk bekerja secara efektif.

(Kompas.com/Xena Olivia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "OCD"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved