Human Interest Story

Nasib IRON MAN Bali, Dulu Terkenal dengan Tangan Robot dan Banjir Pujian, Kini Geluti Profesi Baru

Masih ingatkah dengan Iron Man Bali yang ramai diberitakan Tahun 2016 lalu? Pria yang dijuluki Iron Man Bali, tak lain adalah Wayan Sumardana alias Ta

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Saiful Rohim
Wayan Sumardana alias Tawan yang dulu dikenal dengan julukan iron man Bali, saat membuat traktor untuk membajak di lahan kering, Senin 10 Januari 2022. Tangan bagian kiri yang lumpuh sudah sembuh tahun 2019 lalu. 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Masih ingatkah dengan "Iron Man Bali" yang ramai diberitakan Tahun 2016 lalu?

Pria yang dijuluki Iron Man Bali, tak lain adalah Wayan Sumardana alias Tawan.

Ia dikenal karena karyanya membuat robot EEG yang memakai sensor otak.

Robot tersebut dirakit saat tangan kiri lumpuh.

Tangan robot yang dirakit dengan peralatan seadanya, dari barang bekas di tahun 2016.

Temuan yang jadi perbincangan nasional.

Hingga beberapa pejabat pemerintah memberikan semangat serta dukungan.

Penguji robot berdatangan ke lokasi hanya untuk uji tangan robot sederhana.

Sayangnya temuan tersebut rusak setelah diguyur air hujan saat ditinggal ke RSUD Karangasem.

Nasib Iron Man Bali Kini

I Wayan Sumardana alias Tawan (31) mencoba berkonsentrasi mengangkat lengan robotnya di bengkel kerjanya, di Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Jumat (22/1/2016)
I Wayan Sumardana alias Tawan (31) mencoba berkonsentrasi mengangkat lengan robotnya di bengkel kerjanya, di Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Jumat (22/1/2016) (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Kehidupan Tawan berubah drastis setelah tangan robot rusak.

Penyesalan memang ada, tapi tidak lama.

Keinginaan untuk hidup  normal muncul.

Dari 2017 - 2019 melakukan terapi, hingga berobat ke RSCM Jakarta supaya tangan kirinya kembali normal.

Keinginannya terkabul.

Akhirnya akhir Tahun 2019 tangan kirinya yang lumpuh sembuh dan bisa beraktivitas.

Tawan sempat vakum berkerja selama 3 tahun setelah tangan robotnya rusak.

"Tahun 2019 lumpuh saya sembuh. Berkat terapi, dan periksa ke RS. Sampai simpanan habis," kata Tawan, Senin 10 Januari 2022 pagi.

Setelah tangan kirinya sembuh, pria tiga anak tersebut kembali berkerja.

Beraktivitas seperti biasanya, jadi tukang las serta beli rongsokan.

Suami Ni Nengah Sudiartini coba mengeluti profesi baru sebagai petani.

Dengan menyewa lahan warga puluhan are, rencana ditanami porang.

"Kalau bertani saya mulai tahun 2021. Ini karena penghasilan dari tukang las, merongsok tidak cukup akibat pandemi. Makanya saya menanam porang di lahan kering. Awalnya  kontrak tanah 80 are. Sempat ditanami tanaman jagung dan kacang, setelah itu tanam porang," jelasnya.

Ditambahkan, saat ini jasa menjadi tukang las sepi  karena pandemi COVID - 19.

Penghasilan perharinya tak menentu.

Seminggu kadang hanya  dapat satu pesanan, itupun hanya pintu gerbang.

Untuk penghasilan merongsok lumayan, tapi itu sudah dijalankan anak pertamanya.

"Karena penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, terpaksa bertani dengan teman - teman yang dari Denpasar. Semoga penghasilannya cukup untuk sehari - hari. Hasil tanaman porang bisa terjual mahal," harap Sumardana.

Saat ini, ia mengaku sedang membuat traktor dari alat bekas untuk membajak tanah kering. 

Tujuannya untuk mempercepat proses penanaman.

Ia berencana kembali akan menyewa lahan kering untuk penanaman porang, jagung, dan kacang - kacangan.

Baca juga: Ingat Wayan Tawan Iron Man Bali? Kini Jadi Petani Porang, Robot Tangan Buatannya Rusak Diguyur Hujan

I Wayan Sumardana (31) alias Sutawan, pria asal Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, sedang mengenakan tangan robot untuk membantunya bekerja sehari-hari sebagai tukang las,  Jumat (22/1/2016) .
I Wayan Sumardana (31) alias Sutawan, pria asal Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, sedang mengenakan tangan robot untuk membantunya bekerja sehari-hari sebagai tukang las, Jumat (22/1/2016) . (Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa)
I Wayan Sumardana
I Wayan Sumardana "Iron Man Bali" Dikunjungi Para Akademisi Dari Universitas (TRIBUN BALI / I Nyoman Mahayasa)

Lika Liku Hidup Iron Man Bali

Kehidupan seperti pepatah, bukanlah jalanan lurus bertaburan bunga. Ada lika liku di dalamnya. Demikian juga kehidupan yang dijalani Tawan atau yang dulu dijuluki Iron Man Bali.

Usaha yang dijalaninya diwarnai banyak kegagalan.

Mengutip dari artikel yang pernah tayang di Tribun Bali dengan Judul: Tak Banyak yang Tahu, Ini Secuil Kisah Perjalanan Iron Man Bali, Tawan telah mengalami beberapa kegagalan usaha sejak tamat STM Rekayasa Denpasar, Bali.

Mulai dari usaha  ternak bebek, kambing, hingga membuat usaha perbaikan elektronik di sekitar kediamannya. Semuanya gulung tikar.

“Saat sekolah di Denpasar, saya malas sekali. Jadi, wajar kalau usaha saya gagal terus alias bangkrut. Tapi kegagalan itu saya jadikan pembelajaran untuk membangun keluarga,” jelas Tawan sembari tertawa, Sabtu 23 Januari 2016 silam.

Dengan raut wajah lesu, Tawan mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya sejak masih remaja.

Usai tamat sekolah tahun 2002, Tawan mengadu nasib sebagai buruh pembuat kandang.

Setelah memiliki modal, pria tiga anak ini beralih profesi menjadi peternak bebek dan kambing.

Alhasil, modal yang didapatnya dari upah sebagai tukang pembuat kandang habis karena usahanya bangkrut.

Namun, kegagalan itu tak membuatnya putus asa.

Dibayangi dengan kegagalan, Sutawan mengaku nekat.

Tahun 2005, pria kelahiran Nyuh Tebel ini menikahi Ni Nengah Sudiartini yang dikenalnya sejak duduk di bangku SMP.

Setelah menikah, lanjutnya, bersama sang istri membangun usaha elektronik. Hanya bertahan beberapa tahun, usaha elektronik itu gulung tikar.

Saat itu, pasangan Ni Nengah Sudiartini dan I Wayan Sumardana baru dikarunia satu orang anak, I Made Astro Bintang Putra.

Lantaran tak ingin hidup sang anak serba kekurangan, Tawan akhirnya merantau ke Denpasar.

Di Denpasar, Tawan mengaku tak mendapat kerja alias ditolak.

Sebulan tanpa penghasilan, Tawan mengaku bertemu dengan orang yang bernasib sama dengannya di sebuah pura.

“Cuma orangnya kaya. Terus saya diajak berbisnis emas di Denpasar. Per hari hanya dapat gaji Rp 25 ribu. Sekitar 6 bulan saya ikut dengannya,” jelas Tawan.

Lantaran kangen dengan sang anak dan istri, Tawan akhirnya kembali ke kampung halaman.

Sebelum bekerja sebagai tukang las, Tawan mengaku sempat menjadi guru di SMK Manggis, hanya saja tak mendapat gaji.

Setelah itu ia mengembara ke Nusa Penida sebagai buruh PLN.

“Saat jadi buruh PLN, pernah kesetrum listrik sampai tak sadarkan diri. Saya berhenti dan pulang ke kampung halaman. Anak saya yang pertama sampai nggak ingat  saya. Mungkin karena terlalu lama merantau,” terangnya.

Dengan keberanian yang cukup besar, suami Sudiartini ini membuka usaha bengkel las.

Lantaran penghasilan dianggap kurang cukup per harinya, Tawan akhirnya membeli barang bekas warga.

Sembari bekerja, Tawan merakit alat-alat yang dibutuhkan warga setempat.

“Alat yang saya buat pertama adalah penggilingan jagung. Sampai sekarang masih digunakan warga. Setelah tangan saya lumpuh, baru menemukan  ide merancang robot untuk bekerja,” ungkapnya. 

Kini, tangan robot yang dibuatnya rusak.

Terbaru, Tawan merencanakan membuat traktor dari bahan bekas untuk membantu meringankan pekerjaan barunya, sebagai petani porang. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved