Berita Buleleng
UPDATE: Komang Sirwa Diduga Tak Matikan HP Ketika Tersambar Petir di Gerokgak Buleleng
Namun, di sisi lain, peristiwa ini juga dapat menjadi pelajaran bagi warga lain yang memang sedang melakukan mancing atau hal lain ketika cuaca buruk
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Kelian Dinas Pengajaran Desa Berangbang, Kecamatan Negara Jembrana, I Gusti Ketut Dibiantoni mengatakan, bahwa benar salah satu warganya yakni I Komang Sirwa Astawa meninggal dunia dalam peristiwa tersambar petir di Gerokgak Kabupaten Buleleng, Selasa 11 Januari 2022 kemarin.
Peristiwa ini tentu saja membuat kesedihan mendalam bagi pihak keluarga.
Namun, di sisi lain, peristiwa ini juga dapat menjadi pelajaran bagi warga lain yang memang sedang melakukan mancing atau hal lain ketika cuaca buruk.
Maka dianjurkan untuk tidak membawa HP.
Baca juga: Peternak Ayam Jembrana Sanggupi Budidaya Maggot Solusi Bau dan Lalat
Gusti Dibia mengaku, bahwa peristiwa itu awalnya, korban bersama tiga rekannya, dari Banjar sebelah, yakni Banjar Pengajaran Kaler berangkat pada pukul 09.00 Wita pagi hari.
Mereka kemudian menuju keramba apung di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak. Kemudian memancing.
Nah, menjelang kejadian, salah satu rekannya kemudian meminta supaya mereka berempat mematikan handphone. Pendek kata paket data. Sehingga tidak ada sinyal atau gelombang elektromagnetik, yang bisa saja petir menyambar.
Sebab, menjelang kejadian cuaca cukup buruk dengan banyaknya kilatan petir menyambar.
“Ketiga temannya semuanya mematikan sinyal. Dan handphone tidak dibawa alias ditaruh tidak di tubuh atau saku celana.
Sedangkan korban menaruh HP di saku celana kanan,” ucapnya, Rabu 12 Januari 2022.
Gusti Dibia melanjutkan, kemudian, setelah mematikan data, dua orang temannya berjarak 20 meter dari korban. Dan ada satu teman lainnya berjarak lima meter.
Karena tidak mematikan data atau sinyal handphone itu kemudian petir menyambar tepat di saku celana kanan, korban yang nampak dari foto korban juga terlihat seperti sambaran petir.
“Dua teman yang jarak 20 meter tidak kena. Yang kena sedikit yang jaraknya lima meter kena cipratan api atau listrik tapi tidak apa-apa,” bebernya.
Ia menambahkan, bahwa korban sendiri merupakan warga yang cukup baik di lingkungan Banjar. Tidak pernah membuat masalah atau aneh-aneh.
Baca juga: PTM 100 Persen di Jembrana Masih Menunggu Persetujuan Bupati
Dan untuk pekerjaan korban sendiri bekerja serabutan karena situasi di masa pandemi atau seperti saat ini.
“Aktivitas di Banjar sangat rajin gotong royong. Sebagai warga Banjar, korban warga yang baik,” imbuhnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Jembrana