Berita Bali
BKKBN Ajak Polda Bali Siapkan Pemuda Jadi Generasi Emas di Masa Depan
Masalah stunting menjadi perhatian serius dalam cita-cita Indonesia mewujudkan generasi emas tahun 2045
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - BKKBN Ajak Polda Bali Siapkan Pemuda Jadi Generasi Emas di Masa Depan.
Masalah stunting menjadi perhatian serius dalam cita-cita Indonesia mewujudkan generasi emas tahun 2045.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 di Bali, angka rata-rata kelahiran setiap Wanita Usia Subur (TFR-Total Fertility Rate) sebesar 2,1, sehingga saat ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas penduduk.
Menindaklanjuti upaya tersebut, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih bersama jajaran menyambangi Mapolda Bali.
Baca juga: Tergolong Rendah di Nasional, Provinsi Bali Cetak Angka Stunting 6 Persen Selama Pandemi Covid-19
Kunjungan ini dalam rangka melakukan audiensi dengan Wakil Kepala Polda Bali Brigjen Pol I Ketut Suardana, Selasa 18 Januari 2022.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali yang akrab disapa Luh De menjelaskan, kondisi Program Keluarga Berencana di Provinsi Bali secara kuantitas, pengendalian penduduk sudah tercapai.
“Secara kuantitas Bali sudah mencapai kondisi ideal, tantangannya sekarang adalah bagaimana mewujudkan penduduk yang berkualitas,” ujarnya.
Untuk mewujudkan keluarga berkualitas, kata Luh De, diperlukan perencanaan melalui persiapan kehidupan berkeluarga dimulai dari remaja.
“Remaja yang ada saat ini merupakan calon-calon orangtua yang akan menghasilkan generasi penerus di tahun 2045. Remaja ini harus disiapkan dari sekarang agar generasi yang dihasilkan berkualitas dan tidak stunting,” jelasnya
Dia menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis sejak 1.000 hari pertama kehidupan dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun.
"Stunting biasanya ditandai dengan tubuhnya lebih pendek dari standar usianya dan tingkat kecerdasannya kurang," ujar dia.
Lanjutnya, stunting dapat dicegah melalui pola asuh dan pemberian asupan gizi sejak remaja, sehingga risiko memiliki anak stunting dapat dikurangi.
"Masalah stunting memerlukan konvergensi lintas sektor terkait untuk mengintervensi sesuai dengan tugas dan fungsinya," ucap dia.
Luh De yang juga Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan stunting ditunjuk oleh Presiden Jokowi melalui Perpres 72 tahun 2021 ini, melakukan inovasi.
Baca juga: Pandemi Virus Corona Salah Satu Faktor Meningkatnya Stunting, Ini Perintah Jokowi