Berita Bali

Hukum Karma Hingga Anak Cucu, Ini Penjelasannya Dalam Hindu Bali

Hukum Karma Hingga Anak Cucu, Ini Penjelasannya Dalam Hindu Bali, Simak Artikel Selengkapnya

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
ibnpurwa.blogspot.com
Ilustrasi karmaphala. Hukum Karma Hingga Anak Cucu, Ini Penjelasannya Dalam Hindu Bali 

Segala macam karma yang dilakukan makhluk, terutama manusia akan tercatat selalu dalam alam pikirannya (Citta). 

Yang kemudian akan menjadi watak, dan berpengaruh pula terhadap atma (rohnya).

Uniknya, hukum karma ini memengaruhi seseorang tidak saja untuk sesuatu yang akan diterimanya sendiri. Tetapi pula akan diwarisi anak cucunya kelak serta keturunannya. 

Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Agastya Parwa 382, 4. Kutipannya, 'Sarwesam anyatha rupam jnanam; anyatprawarttate matur jnana nubhawena; praja wai wa cubhacubha.

Terjemahannya, semua makhluk berbeda-beda rupa dan wataknya, karena watak dan keadaan hidup ibunya (leluhurnya); maka makhluk itu menemui bahagia dan penderitaan baik dan buruk. 

Disebutkan pula dalam kitab Cantiparwa 129, 21. Dengan kutipan, 'Papam karma krtam kimcid; vadi tasmin na drasyate nrpate tasya putresu: putreswapi ca naptran'.

Artinya, walaupun pahala kejahatan perbuatan seseorang tiada terlihat pada orang itu sendiri; meskipun raja, namun pasti terlihat pada anak cucu sampai buyutnya juga. 

Oleh sebab itu, dalam ajaran agama Hindu ditekankan dengan benar agar manusia berlaku tidak menyimpang dari petunjuk Dharma.

Sehingga menghindari perbuatan dosa atau jahat, agar tidak terkena karma buruk baik untuk diri sendiri maupun anak cucunya kelak. 

Sebab dalam Wrhaspati Tattwa 3, 35 disebutkan bahwa karma wesana itulah yang menyebabkan adanya roh penjelmaan berbeda-beda. Ada penjelmaan dewa atau roh suci.

Baca juga: Karma yang Baik Dalam Menjalani Kehidupan Bertujuan untuk Mencapai Moksa, Ini Penjelasan Sulinggih

Ada penjelmaan widyadara atau roh yang bijaksana. Ada pula penjelmaan raksasa atau roh angkara murka. Ada penjelmaan daitya, atau roh yang keras hati.

Bahkan ada pula penjelmaan naga (roh yang memiliki watak berbelit-belit seperti ular). Dan banyak lagi macamnya. Sehingga masing-masing makhluk berbeda-beda sifatnya. 

Dalam kisah-kisah dongeng Bali, disebutkan bahwa Bhatara Yamadipati atau Tuhan sebagai jaksa agung akhirat. Beliau memiliki juru tulis Daitya, bernama Sang Suratma.

Bertugas mencatat baik dan buruk karma dari semua makhluk hidup di dunia ini. Sehingga hukum karma itu tidak akan bisa dihindarkan oleh setiap makhluk.

Sehingga seharusnya manusia selalu berusaha menanam karma baik (subha karma) dan menghindari karma buruk (asubha karma) untuk mencapai hidup yang bahagia atau Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved