Berita Denpasar

Masatua Bali Sebagai Sarana Edukasi Pemuliaan Air

Bulan Bahasa Bali serentak dilaksanakan di seluruh Bali sesuai dengan amanah Peraturan Gubernur Bali No. 80 Tahun 2018.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
Istimewa
Peserta lomba bersama dengan Perbekel berpose dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali di Desa Dauh Puri Kangin 

Bukti monument pemuliaan air dapat dilihat berupa patung  pertigaan Jalan Sumatra - Hasanudin- Diponogoro berupa patung pendeta yang dikenal dengan Panca Rsi atau Panca Tirta. 

"Ikon desa kami telah diterjemahkan dalam garapan Gong Kebyar Dewasa sebagai Duta Kota Denpasar pada Pesta Kesenian Bali XXXX. Sebagai sumber literasi yang diangkat dari local genius," sebutnya. Air pula patut dijaga dari hulu ke hilir, sebagai sumber kehidupan umat manusia.

Bahkan budaya Bali pun, sejak dahulu hingga kini tidak dapat dipisahkan dari air mulai dari tata pemerintahan, tata agama, tata kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat Bali dikenal dengan Agama Tirta. 

Untuk itu, pemerintah sangat tepat mengangkat tema ini melihat ekosistem air mulai memperihatinkan.

"Kita harus dapat mempertahankan konsep masa lampau dan melestarikan alam, salah satunya air di dalam kehidupan sekarang," ujarnya. 

Seperti memberikan nasehat-nasehat dalam bentuk diskusi, pertunjukan, atau dalam bentuk salah satunya satua Bali.

Sebab sejak zaman nenek moyang, satua Bali adalah salah satu cara mengajarkan banyak hal kepada generasi penerus dengan metode bercerita. 

"Untuk itu lomba masatua pun dilakukan, seperti yang dilakukan hari ini," ujar Putu Wibawa, selaku tokoh masyarakat setempat.

Dwi Mahendra Putra, Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali yang di tempatkan di Desa Dauh Puri Kangin, juga menginformasikan krama istri yang yang terlibat dalam kegiatan tersebut sangat bersemangat.

"Jadi masing-masing peserta sangat inovatif mengolah tema. Setiap peserta mampu memikirkan ciri masing-masing dalam mengembangkan cerita untuk disatuakan dan yang sesuai dengan tema," katanya.

Peserta berlomba-lomba mengajak audiens untuk melestarikan sumber air dengan cara mereboisasi hulu air, kemudian tidak membuang sampah pada aliran air, memperindah sumber air dengan menamam berbagai jenis bunga dan lain sebagainya.

"Mereka semua menanamkan pesan bahwa sumber air adalah sumber kehidupan. Dengan terjaganya sumber kehidupan, niscaya kesejahteraan dan kesehatan lingkungan akan terbangun," tegasnya.

Para peserta juga diharapkan mampu menyampaikan pesan ini melalui satua kepada khalayak umum, atau minimal pada lingkungan keluarga mereka. 

Secara tidak langsung kegiatan ini juga menjadi pelestarian satua bahasa Bali dan pendidikan karakter pada anak sejak usia dini.

Baca juga: Makna Upacara Matipat Bantal atau Upacara Mamitan Dalam Hindu 

Baca juga: CEK Sebelum Terbang! Ini Aturan Bagasi Pesawat Lion Air Tahun 2022 

Baca juga: MAKNA Skema Warm Up Vacation, Syarat Turis Asing Masuk ke Pulau Dewata

Sehingga seperti kata pepatah, sekali mendayung satu dua pulau terlampaui. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved