Human Interest Story

KISAH Boni Mantan Chef Hotel Bintang V, Jualan Bebek Goreng Cita Rasa Surabaya & Madura di Jembrana

"Sebelumnya, saya kan di Kafe Del Mar itu, tapi end kontrak. Sempat saya bertahan di Denpasar, enam bulan"

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Noviana Windri
(Tribun Bali/I Made Ardhiangga).
Boni saat menyajikan bebek goreng andalannya ke pembeli di kawasan peken Ijogading Kecamatan Jembrana, Jembrana, Bali Senin 21 Februari 2022. 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Hantaman pandemi selama dua tahun lebih ini membuat Boni Rahadianto, harus memutar otak.

Hal itu setelah dirinya diputus kontrak dari kerjaannya sebagai chef di salah satu kafe kelas wahid di kawasan Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung.

Boni pun memutuskan pulang kampung ke Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

Kini ia pun memulai bisnis kuliner bebek goreng dengan ciri khas perpaduan rasa Surabaya dan Madura.

Boni ketika ditemui di lapak miliknya di areal parkir peken atau pasar Ijogading, Kecamatan Jembrana, mengaku bahwa pilihan membuka usaha sendiri ini dikarenakan pemutusan kontrak dari salah satu kafe “bintang lima” di kawasan Canggu Tibubeneng Badung.

Dimana pihak manajemen tidak sanggup lagi untuk menggaji dirinya setahun yang lalu.

Baca juga: Kisah Pak Jojon, Seorang Ahli Senapan Angin dari Tabanan, Rekor Tembak 197 Tupai dalam Satu Hari

Baca juga: WAJIB NONTON Drama Korea A Business Proposal, Kisah Persahabatan Manis Kim Sejeong dan Seol In Ah

Baca juga: KISAH Nyoman Ariana Produksi Wine Mengkudu: Semula Berserakan dan Membusuk di Halaman Rumah

Karena itu, kemudian dirinya berpindah ke kampung halaman untuk membuka kuliner lalapan bebek goreng dan ayam kampung. Yang sudah dijalaninya sejak tujuh bulan terkahir.

“Ini sudah jalan tujuh bulan. Sebelumnya, saya kan di Kafe Del Mar itu, tapi end kontrak. Sempat saya bertahan di Denpasar, enam bulan. Tapi terus memutuskan buka sendiri saja di kampung istri di Desa Pulukan,” ucap pria asal Surabaya Jawa Timur tersebut, Senin 21 Februari 2022.

Awal membuka sendiri, dilakukan di lahan milik mertuanya di Desa Pulukan.

Pilihan bebek goreng dan lalapan ayam kampung dikarenakan, di wilayah Jembrana mulai dari Gilimanuk hingga Pekutatan cukup sepi orang berjualan jenis kuliner terutama bebek.

Dan ayam kampung menjadi menu pilihan kedua, sedangkan bebek ialah menu utama.

Karena daya beli masyarakat yang kurang tinggi di daerah pinggiran (Desa Pulukan), maka ia memilih untuk di Pasar Ijogading (pusat kota Jembrana).

Dan menu bebek yang memadukan ciri khas rasa Surabaya dan Madura pun laris manis selama beberapa bulan terakhir.

“Bebek ini istilahnya makanan favorit. Dan karena di Jembrana masih sangat sepi, jadi pilihan saya untuk menjual menu ini. Karena saya dari Surabaya jadi ciri khasnya ialah bebek rasa Surabaya dan Madura,” ungkapnya.

Menurut dia, menu bebek goreng sendiri memang memiliki tantangan dalam pengolahan.

Sebab, ketika salah mengolah maka rasa bebek akan berbau amis dan dagingnya keras.

Sehingga perlu keterampilan supaya daging menjadi empuk.

Baca juga: Berawal Kerja Bareng Pemilik Warteg dan Istri, Kini Janda Muda Jadi Permaisuri, Ini Kisah Neng Winny

Baca juga: Identik dengan Kasih Sayang, Ternyata Ada Kisah Tragis di Balik Hari Valentine

Dan bebek memiliki beberapa jenis pengolahan, ada bebek binjai, songkem dan bebek Surabaya itu sendiri.

Untuk ciri khas bebek Madura sendiri ialah adanya saur atau serundeng di dalam nasi.

Sedangkan ciri khas bebek Surabaya ialah adanya bumbu kuning yang bisa dituang ke nasi atau pada bebek goreng.

“Ciri khas dari Bebek Surabaya itu adalah di bumbu kuning dimana bumbu ini yang menandakan bebek Surabaya. Kalau bebek Madura ialah ada serundeng atau saur. Nah di bebek saya ini sendiri mengkombinasikan antara bumbu kuning Surabaya dengan saur atau serundeng Madura. Sehingga rasanya mantap,” paparnya.

Boni mengaku, untuk menu ayam kampung goreng sendiri juga menggunakan bumbu kuning.

Dan juga ada bumbu ayam Taliwang. Dan untuk penjualan sendiri, untuk bebek goreng paling ramai ialah di hari kerja mulai Senin hingga Jumat yang bisa mencapai enam hingga delapan ekor per hari.

Sedangkan di akhir pekan paling hanya lima ekor. Sedangkan ayam kampung goreng paling di hari kerja sekitar dua atau tiga ekor, dan di akhir pekan satu atau dua ekor saja.

“Untuk per porsi ayam pakai nasi Rp 23 ribu dan bebek pakai nasi Rp 25 ribu. Untuk bahan baku bebek sendiri di Jembrana sudah ada pengepulnya yang dibeli dari Blitar Jawa Timur. Jadi tidak kesusahan bahan baku. Dan ayam kampung juga tidak terlalu susah,” jelasnya. 

Boni mengaku, bahwa saat ini dirinya memang berharap pandemi segera berakhir dan ekonomi Bali bisa kembali pulih.

Meskipun, dirinya mengaku, sudah tidak berencana kembali untuk menjadi chef karena ingin fokus mengembangkan bisnis yang sudah digelutinya sejak tujuh bulan lalu.

Dan akan ada inovasi-inovasi yang akan dikembangkan. Sepeti salah satunya ialah bebek kelopo.

Dimana memadukan kelapa dengan bebek.

Baca juga: Kisah Pilu Bayi Kembar di Buleleng, Ibu Pergi, Ayah Tewas, Kini Sakit Paru

Baca juga: Kisah Bayi Kembar Asal Desa Tegallinggah Buleleng, Ditinggal Ibu, Ayah Bunuh Diri

“Kalau orang Surabaya pasti tahu sate ondomohen. Nah, kalau sate itu kan dengan sapi. Saya ingin inovasi dengan bebek,” bebernya.

Boni menambahkan, bahwa dirinya sendiri merupakan lulusan SHS Surabaya.

Kemudian, dirinya sudah bergelut di orang kuliner sejak tahun 2001-an.

Kemudian ia bekerja di sebuah kafe di Surabaya selama lima hingga enam tahunan.

Selanjutnya dirinya bekerja di kafe lagi sebagai pelayan selama dua tahun.

Kemudian, dirinya berpindah ikut kapal Pinisi dengan berkeliling Indonesia, dan menjadi cook atau assisten dari chef, dan bisa menjadi chef cook selama dua tahun.

“Terus saya ikut orang Italia ditawarin sebagai chef di Pulau Komodo Labuan Bajo NTT dua tahun menjadi head chef, mengurusi segala macam terkait dapur. Baru pada 2012 saya menikah dengan orang Pulukan dan pindah ke Bali,” imbuhnya.

Di Bali sendiri, sambungnya, ia pernah bekerja di hotel bintang V  di kawasan Sanur, Denpasar.

Kemudian, di restoran di salah satu Mall di Jalan Raya Pantai Kuta, dan hotel bintang V di Kuta hingga terkahir di kafe bintang V di Tibubeneng hingga pandemi terjadi dan dirinya diputus kontrak setahun lalu. (ang).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved