Human Interest Story
KISAH Made Pasek, Pengrajin Anyaman Pandan di Karangasem yang Pertahankan Warisan Leluhur
"Saya mengeluti sejak kecil. Yang mengajarkan menganyam pandan yakni orang tua. Tujuan awal untuk melestarikan warisan leluhur. Pertama saya hanya me
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI. COM, AMLAPURA - I Made Pasek begitu orang mengenalnya. Usianya 50 tahun lebih. Tanganya masih cekatan mengaayam pandan.
Tatapannya masih tajam. Dan tenaganya masih kuat menjahit ratusan pandan yang sudah dirangkai, serta mengangkat daun pandan dari kebun.
Beliau adalah pengrajin anyaman pandan di Desa Tumbu, Kec. Karangasem yang masih bertahan di era gempurn globalisasi.
Pria asli Desa Tumbu mengeluti kerajinan pandan sejak sekolah.
Mulai seriusi kerajinan anyaman pandan saat remaja. Tujuannya awal untuk lestarikan warisan leluhur.
Baca juga: KISAH Chef yang Kini Berjualan Bebek Goreng, Berinovasi Demi Bertahan Saat Pandemi
Baca juga: KISAH Tessy Srimulat Sempat Jadi Marinir TNI AL, Berhenti karena Ibu & Kini Jadi YouTuber
Baca juga: KISAH Boni Mantan Chef Hotel Bintang V, Jualan Bebek Goreng Cita Rasa Surabaya & Madura di Jembrana
"Saya mengeluti sejak kecil. Yang mengajarkan menganyam pandan yakni orang tua. Tujuan awal untuk melestarikan warisan leluhur. Pertama saya hanya membuat anyaman tikar. Tahun 1996 baru coba buat tas dikarenakan permintaan,"jelas Pasek.
Setelah lama mengeluti kerajinan, Made Pasek memutuskan untuk jadi pengepol hasil kerajinan anyaman dari warga.
Mengingat banyak pengrajin kesulitan memasarkan hasil kerajinanya.
Lalu mendirikan Kelompok Kerajinan Pandan Wangi, yang beranggotakan sekitar 70 orang/KK.
"Dari sinilah kerajinan ini kembali perkembang. Kerajinan anyaman pandan sangat berdampak ke perekonomian masyarakat di Tumbu. Melalui kerajinan ini, warga memiliki penghasilan sampingan. Bisa dipakai untuk biaya anak sekolah dan kebutuhan perharinya," ungkap I Made Pasek.

Kerajinan mengayam pandan di Desa Tumbu ada sekitar abad ke -18.
Awalnya anyaman pandan digunakan kepentingan ritual.
Seperti sembahyang dan membungkus mayat. Hingga sekarang kerajinan ini bisa menjadi icon di Tumbu.
Hampir 50 persen masyarakat sebagai pengrajin pandan
"Makanya setiap KK pasti warganya tanam pohon pandan minimal 10 pohon. Ada juga yang lebih. Biasanya digunakan untuk sampingan oleh ibu rumah tangga. Astungkara sampai kini kerajinan alami kemajuan," tambahnya.
Baca juga: Kisah Pak Jojon, Seorang Ahli Senapan Angin dari Tabanan, Rekor Tembak 197 Tupai dalam Satu Hari
Baca juga: WAJIB NONTON Drama Korea A Business Proposal, Kisah Persahabatan Manis Kim Sejeong dan Seol In Ah
Baca juga: ARTI Nama Dorce Gamalama, Kisah Artis Multi Talenta Tinggalkan Bangku Sekolah Demi Fokus Bernyanyi
Ada tiga Banjar di Tumbu yang meenjadi central kerajinan pandan.
Satu diantaranya Banjar Tumbu Kaler, dengan jumlah KK sekitar 376, Tumbu Kelod sekitar 314 KK, dan Banjar Kebon Tumbu penduduknya sekitar 68 KK.
"Pengrajinnya rata-rata sudah berusia dan berumah tangga," imbuh Pasek.
Pria berbadan tinggi mengatakan, kelompok pandan wangi mampu produksi sekitar 300 unit perbulannya.
Jenis anyaman bervariatif. Seperti anyaman tikar, tas, serta tempat tissue.
Ukurannya bmacam - macam, tergantung permintaan produsen.
Berarti perhari kelompok mampu produksi 10 unit.
"Kalau buat anyaman pandan yang paling bagus saat musim panas. Pengeringnya daun pandan lebih cepat, sehingga kualitas yang dihasilkan menjadi bagus dan kuat. Setelah kering baru dilemaskn,"terang Made Pasek.
Baca juga: KISAH Nyoman Ariana Produksi Wine Mengkudu: Semula Berserakan dan Membusuk di Halaman Rumah
Baca juga: Kisah Nyoman Ariana Membuat Minuman Wine dari Mengkudu yang Terbuang
Untuk pemasaran, tak ada masalah. Hasil kerajian dikirim ke pengepol sekitar Sukawati, Denpasar, Badung, dan Gianyar.
Sedangkan pengepol dari luar Kab. Karangasem biasanya meengekspor ke luar Negeri. Seperti ke Negara Cina, Amerika, Australia, Belanda, Prancis, hingga ke Inggris. (Ful).